Laporan praktikum genetika monohibrid
MONOHIBRID
OLEH:
KELOMPOK II
JEFRIANTA GINTING 1613010139
MUHAMMAD NAZRI ANHAR 1723010254
REZA ANDRY PRABOWO 1613010117
SRI ISMAINI SEMBIRING 1613010217
GENETIKA
INSTALASI LABORATORIUM KEBUN PERCOBAAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. i
PENDAHULUAN……………………………………………………….......... 1
Latar Belakang……………………………………………………......... 1
Tujuan Percobaan…………………………………………………........ 2
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………. 3
METODOOLOGI PENELITIAN…………………………………………… 7
Waktu dan Tempat Percobaan…………………………………………. 7
Bahan dan Alat………………………………………………………… 7
osedur Percobaan………………………………………………………. 7
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………. 9
Hasil……………………………………………………………………. 9
Pembahasan……………………………………………………………. 9
KESIMPULAN……………………………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya disebut ilmu genetika (berasal dari bahasa Latin, yaitu Genos = asal usul). Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada makhluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang hanya belum dipelajari secara sistematis, penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh Mendel (Team Teaching. 2014. " Penuntun Praktikum Biologi”. UNG).
Gen adalah perintah – perintah yang membuat manusia, hewan, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya bekerja. Gen ditemukan dalam sel-sel yang menyusun semua makhluk hidup. Gen terdiri atas suatu zat kimia yang disebut DNA Sesuatu yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dalam gen disebut sifat genetika (Campbell, 1999).
Keanekaragaman gen adalah segala perbedaan yang ditemui pada makhluk hidup dalam satu spesies. Pengetahuan tentang keragaman genetik sangat penting karena akan memeberikan suatu informasi dasar dalam pengembangan tanaman selanjutnya. Dalam keanekaragaman yang tinggi menyimpan gen berpotensi yang tinggi pula. Perkembangan ilmu pengetahuan mempermudah mendeteksi keragaman genetic suatu individu berbasis molekuler. Secara umum keanekaragaman genetik dari suatu populasi dapat terjadi karena adanya mutasi, rekombinasi, atau migrasi gen dari satu tempat ke tempat lain (Indrawan dkk., 2007).
Keanekaragaman genetik juga dipengaruhi oleh perkawinanantara jantan dan betina. Adanya perkawinan sedarah akan mempengaruhi frekuensi alel dan menambah variasi genetik dalam suatu populasi. Jumlah jantan dan betina di alam yang seimbang sebagai faktor adanya variasi genetik. Molecular sexing berdasarkan PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan metode yang tepat, cepat dan efektif untuk melakukan sexing (Reddy dkk, 2007).
Tujuan Percobaan
1. Menentukan sifat ( gen ) dominan/resesif
2. Menentukan genotipe individu dari induk s/d F2
3. Menentukan diagram persilangan adanya rasio fenotipe 3 : 1
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumber daya hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis), keanekaragaman antar jenis dan keanekaragaman ekosistem (Sudarsono, 2009).
Orang yang pertama – tama yang mengadakan percobaan perkawinan silang ialah Gregor Mendel, seorang rahib Australia yang hidup pada tahun 1822-1884, dan dia dikenal sebagai pencipta atau Bapak Genetika. Beliau melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis ( Pisum sativum). Dari percobaan yang dilakukannya selam bertahun - tahun tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat yang kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan. Mendel telah memilih tanaman ercis untuk percobaannya karena tanaman ini hidupnya tidak lama (merupakan tanaman setahun), mudah tumbuh dan mudah disilangkan. Tanaman ercis memiliki bunga sempurna, yang berarti pada bunga ini terdapat benang sari (alat kelamin jantan) dan putik (alat kelamin betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan sendiri. Perkawinan silang dapat berlangsung beberapa generasi terus-menerus akan menghasilkan galur murni, yaitu keturunan yang selalu memiliki sifat keturunan yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman ini memiliki tujuh sifat dengan perbedaan yang mencolok, yaitu batang tinggi lawan kerdil, buah polongan berwarna hijau lawan kuning, bunga berwarna ungu lawan putih, bunganya terletak aksial (sepanjang batang)
lawannya terminal (pada ujung batang), biji yang masak berwarna hijau lawan kuning, permukaan biji licin lawan berkerut, warna kulit biji abu-abu lawan putih (Suryo, 2008).
Dalam percobaan Mendel, dikenal beberapa macam perkawinan yaitu perkawinan respirok, back cross, dan tets cross. Perkawinan respirok (perkawinan kebalikan) ialah perkawinan yang merupakan kebalikan dari perkawinan yang semula dilakukan. Perkawinan backcross atau perkawinan balik merupakan perkawinan antara individu F1 dengan induknya betina atau jantan. Sedangkan perkawinan testcross atau uji silang merupakan perkawinan antara individu H1 (dihibrid) dengan individu yang dobel resesif (Suryo, 2008).
Hukum Mendel Pewarisan sifat pada persilangan dua individu dapat diterangkan dengan hukum Mendel I dan II. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi) hukum mendel I menjelaskan tentang persilangan monohibrid. Persilangan monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau sifat beda. Hukum mendel I disebut dengan hukum segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan – pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid (Syamsuri, 2004).
Hukum Mendel I berlaku pada gametosis F1. F1 memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan (Wildan, 1996).
Fenotip dapat dikatakan sebagai karakteristik atau ciri-ciri yang dapat diukur atau sifat yang nyata yang dmiliki oleh organisme. Ciri itu tampak oleh mata, seperti warna kulit atau tekstur rambut. Fenotip dapat juga diuji untuk identifikasinya, seperti pada penentuan angka respiratoris atau uji serologi tipe darah. Fenotip merupakan hasil produk-produk gen yang diekspresikan di dalam lingkungan tertentu. Namun, gen memiliki batasan-batasan di dalamnya sehingga lingkungan dapat memodifikasi fenotip (Susanto, 2011).
Alel memisah (segregasi) satu dari yang lain selama pembentukan gamet dan diwariskan secara rambang ke dalam gamet-gamet yang sama jumlahnya. Sebagian dasar segregasi satu pasang alel terletak pada lokus yang sama dari kromosom homolog. Kromosom homolog ini memisah secara bebas pada anafase I dari meiosis dan tersebar ke dalam gamet-gamet yang berbeda. (Crowder, 1982).
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe – tipe persilangan genotip yang berbeda – beda. Penggunaan teori kemungkinan memungkinkan untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tertentu (Crowder, 1982).
Genotip ialah seluruh gen yang dimiliki suatu individu. Genotip yang terekpresikan menampakan fenotip pada suatu individu. Genotip yang melibatkan alel-alel pada suatu lokus tunggal dapat menghasilkan genotip yang homozigot.Keturunanhomozigot dapat dihasilkan dari galur murni. Perpaduan heterozigot dihasilkan dari alel yang berbeda (Campbell, 1999).
Transformasi genetik pisang telah dilakukan oleh Sreeramanan et al. (2006b) menggunakan A. tumefaciensstrain EHA 101 dan LBA 4404. Hasil yang diperoleh menunjukkan Agrobacterium tumefaciens dapat mentransfer T-DNA kedalam sel pisang dengan efisiensi tinggi. Hasil penelitian Sreeramanan et al. (2009) menunjukkan bahwa efisiensi transformasi tertinggi pada transformasi genetik pisang diperoleh dengan menggunakan higromisin 20 mg/l, sedangkan waktu kokultivasi terbaik adalah 3 hari (Subramanyam et al., 2011).
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2017 di Laboratorium Kebun Percobaan Universitas Pembangunan Panca Budi Medan.
Bahan dan Alat
Adapun alat – alat yang digunakan dalam pelaksanaan percobaan ini adalah alat tulis dan buku data.
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam pelaksanaan percobaan ini adalah 2 gelas wadah air mineral dan kancing gen 2 warna.
Prosedur Percobaan
1. Siapkan kancing gen 2 warna masing – masing 25 buah pasang kancing berangkai ( Hitam dan merah ) kedalam wadah
2. Pada wadah 1 tandai sebagai tetua jantan, masukkan 25 kancing hitam dan 25 kancing merah
3. Pada wadah 2 tandai sebagai tetua betina, masukkan 25 kancing hitam dan 25 kancing merah.
4. Kocok dan dan campurkan kedua macam gamet ( hitam dan merah ) yang diambil dari ke dua wadah jantan dan betina
5. Ambil kancing pada masing – masing wadah tanpa melihat ( secara acak ) kemudian memasangkannya satu persatu
6. Mencatat perbandingan dalam tabel
7. Menghitung perbandingan fenotipe dan genotipenya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Warna kancing
Hitam - Hitam
Hitam – Merah
Merah – Merah
Jumlah
12
26
12
Rasio
HH: 12
Hh: 26
Hh: 12
I. Hasil persilangan monohybrid
♀
♂
H
a
H
HH
Hh
h
Hh
hh
II. Rasio Genotipe dan Fenotipe
HH
Hh
hh
Rasio
Genotip
12
26
12
12 : 26 : 12
Fenotip
12
26
12
38 : 12
Pembahasan
Menurut Wildan (1996) Hukum Mendel I berlaku pada gametosis F1. F1 memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan.
Begitu juga hasil yang kami dapatkan dalam melakukan percobaan dengan kancing warna, menyilangkan F1 dengan F1 yang menghasilkan 4 macam perkawinan, HH (Hitam – Hitam), Hh (Hitam – Merah), Hh (Hitam – Merah) dan hh (Merah – Merah). Dimana kancing Hitam – Hitam dominan mendapatkan 12 pasang kancing dengan warna yang sama, dan Hitam – Merah heterozigot mendapatkan 26 pasang yang dimana 2Hh (Hitam – Merah) masing – masing mendapatkan 13 pasang kancing warna yang berbeda, sedangkan hh(Merah – Merah) resesif mendapatkan 12 pasang kancing warna yang sama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe – tipe persilangan genotip yang berbeda – beda. Penggunaan teori kemungkinan memungkinkan untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tertentu.
Besarnya kemungkinan hal yang terjadi dalam sesuatu yang diinginkan berdasar pada kemungkinan keseluruhan.
Besarnya kemungkinan terjadinya dua peristiwa yang berbeda berdasar pada keseluruhan peristiwa yang terjadi.
Persilangan monohybrid persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau sifat beda. Hasil dari persilangan ini adalah F1, sedangkan penyerbukan sendiri yaitu F1 x F1 akan menghasilkan 4 macam 4 macam perkawin.
Persilangan monohybrid dengan fenotipe 1 : 2 : 1, sedangkan genotipenya 3 : 1
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. 1999. Biologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Crowder L. V. 1982. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Indrawan, M. Primack, R. B. dan Supriatna, J. 2007. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Reddy, A., Prakash, V., dan Shiveji, S. 2007. A Rapid, Non Invasive, PCR Based Method for Identification of Sex of The Endangered Old World Vultures Implications for Captive Breeding Programmes. Current Science. 92(5).
Sudarsono. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi. Universitas Negeri Malang. Malang.
Suryo. 2008. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Susanto, A. H. 2011. Genetika. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Syamsuri, I. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Team Teaching. 2014. Mata Kuliah Biologi. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Wildan, Y. 1996. Genetika. Tarsito. Bandung.
Sreeramanan, Subramaniam, Mahmood, Maziah, Abdullah, Mohd. Puad, Meon, Sariah, Xavier, and Rathinam. 2006b. Transient expression of gusA and gfp gene in Agrobacterium-mediated banana transformation using single tiny meristematic bud. J. Plant Sci. 5(3):468-480.
Sreeramanan, S., M. Manziah, and R. Xavier. 2009. A protocol for Agrobacterium-mediated transformation of banana with rice chitinase gene. J. Food Agric. 21(2):18-33.
Subramanyam, K., K. Subramanyam, K.V. Sailaja, M. Srinivasulu, and K. Lakshmidevi. 2011. Highly efficient Agrobacterium-mediated transformartion of banana cv. Rasthali (AAB) via sonificaton and vacuum infiltration. Plant Cell Rep. 30(3):437-438.
sumber https://rezaandryprabowo11.blogspot.com/2017/10/laporan-praktikum-genetika-monohibrid.html