LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR PERSILANGAN SATU DAN DUA SIFAT BEDA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR PERSILANGAN SATU DAN DUA SIFAT BEDA


LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
(PERSILANGAN SATU DAN DUA SIFAT BEDA)
(PET-1313)


uin hitput.jpg









Disusun Oleh :
NAMA              : SUPARMAN M
NIM                   : 60700114031
KELAS             : A
KELOMPOK    : 3 ( Tiga )
ASISTEN          : NUR FATIMAH JAMRAH






LABORATORIUM PETERNAKAN
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
            Bidang Sains yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya, serta hereditas dan variasi herediter disebut genetika. Genetika berasal dati bahasa latin yaitu Genos yang berarti asal usul. Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada mahkluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang, hanya belum dipelajari secara sistematis. Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh ilmuan Australia Gregor Johann Mendel (1822-1884) yang dalam percobaannya menggunakan biji kapri (Campbell, 2008 : 40).
Ilmu pengetahuan modern tentang genetika berawal dari penemuan  Gregor Mendel tentang ciri-ciri faktor keturunan yang ditentukan oleh unit dasar yang diwariskan dari generasi kegenarasi berikutnya yang disebut unit genetik atau gen yaitu bahan yang mempunyai persyaratan antara lain diwariskan dari generasi ke generasi dimana keturunannya mempunyai persamaan fisik dari materi tersebut, selain itu juga membawa informasi yang berkaitan dengan struktur, fungsi dan sifat-sifat biologi lain (Sugiri, 1983 : 31).          
Genetika adalah bidang sains yang mempelajari hereditas dan variasi heriditer. Orang tua memberikan infrmasi terkode kepada anak-anaknya dalam bentuk unit herediter yang disebut gen. Gen-gen yang kita warisi dari ibu dan ayah merupakan tautan genetic kita dengan orang tua, dan gen-gen inilah yang menyebabkan kemirikan keluarga seperti warna mata atau bintik-bintik yang mirip. Gen-gen kita memprogram sifat-sifat spesifik yang muncul saat kita berkembang dari sel yang menjadi dewasa (Suryati, 2011 : 11).
Berdasarkan uaraian diatas, maka dilakukanlah percobaan persilangan satu dan dua sifat beda untuk mengetahui persilangan satu dan dua sifat beda dengan menggunakan suatu model.
B.   Rumusan Masalah
       1.  Bagaimana cara mengetahui persilangan satu sifat beda (persilangan monohibrid) dengan menggunakan suatu model?
       2.  Bagaimana cara mengetahui persilangan dua sifat beda (persilangan dihibrid) dengan menggunakan suatu model?
C.   Tujuan dan Kegunaan
       1.  Tujuan
       Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari persilangan satu sifat beda (monohibrid) dan dua sifat beda (dihibrid) dengan menggunakan suatu model.
       2.  Kegunaan
       Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah agar dapat mempelajari persilangan satu sifat beda (monohibrid) dan dua sifat beda (dihibrid) dengan menggunakan suatu model.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Tinjauan Umum
Genetika adalah bidang sains yang mempelajari hereditas dan variasi hereditas. Unit-unit hereditas yang di pindahkan dari satu generasi ke generasi berikunya di sebut gen. Gen-gen itu berada didalam suatu molekul pangjang yang di sebut asam deckasiri binoleat (DNA) (Apandi, 1991: 1).
Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh mendel Hukum mendel disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-gen yang sealel. Menurut hukum mendel I, tiap organisme memiliki dua alel untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel terseut terpisah sehingga masing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat. Jika dua gamet bertemu pada saat fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung dua alel yang mengendalikan sati sifat. Hukum mendel I tersebut sesuai dengan teori pewarisan sifat karena alel-alel individu diturunkan dari generasi ke generasi (Campbell, 2008 : 38).
Sebelum Mendel melakukan percobaan penyilangan pada tanaman kapri (Pisum sativum) para ahli telah mempunyai pemikiran tentang adanya kehidupan yang berkesinambungan, yang membawa faktor keturunan dari generasi ke generasi. Tetapi mereka tidak melakukan percobaan seperti yang dilakukan oleh mendel dan disamping itu peralatan ilmiah yang dapat dipakai untuk membuktikan pemikiran mereka belum ada (Pratiwi, 2004 : 26).
            Konsep tentang gen sebenarnya telah digambarkan secara implisit oleh mendel sebagai faktor dasar yang berperan dalam perkembangan sifat. Ia sendiri belim mengetahui bentuk maupun susunan faktor keturunan tersebut dan hanya menyebutkan sebagai factor penentu, istilah gen dipakai oleh W.L Johannsen (1857-1927) yang berasal dari suku terakhir pangen yaitu istilah yang di kemukakan oleh Darwin. Hasil penelitian dikemukakan pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh perhimpunan pengetahuan alam di Brunn. Karyanya kemudian dicetak dan disebarluaskan oleh perhimpunan tersebut keberbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika. Di dalam genetika di kenal istilah persilangan, peristiwa persilangan memberikan hasil rasio genotip maupun fenotif yang dapat diramalkan melalui perhitungan menurut teori kemungkinan (Pratiwi, 2004 : 28).
B.   Tinjauan Khusus
Penurunan sifat dari induk kepada keturunannya dikenal pula sebagai pewarisan sifat atau dikenal juga dengan sebuatan hereditas
dalam percobaannya, Mendel menyilangkan berbagai kacang kapri yang memiliki sifat beda. Misalnya, menyilangkan berbagai kacang kapri yang kulit bijinya hijau dengan yang kulit bijinya putih (Winarmi, 2009 : 21).
Dari hasil penelitiannya tersebut Mendel menemukan prinsip dasar genetika yang dikenal dengan Hukum Mendel. Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi menyatakan bahwa “pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak”. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid dengan dominansi. Hukum Mendel II dikenal dengan hukum Independent Assortment menyatakan bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak tergantung pada sifat pasangan yang lainnya. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (Ishahi, 2010).
Alasan Mendel menggunakan kacang kapri dalam percobaannya karena  dapat melakukan penyerbukan sendiri (autogami). Tumbuhan yang melakukan penyerbukan sendiri cenderung mmiliki sifat yang tetap (konstan), sedangkan yang melakukan penyerbukan silang memiliki banyak variasi, mudah dilakukan penyerbukan silang, dengan jalan mengambil serbuk sari dari tumbuhan yang satu diletakkan di kepala putik tumbuhan kacang kapri lain. Cepat menghasilkan keturunan. Mempunyai keturunan yang banyak. Antar varietas kacang kapri memiliki pasangan sifat beda yang kontras.
Proses pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya berlangsung menurut aturan tertentu. Aturan itu dikenal sebagai prinsip pewarisan sifat atau prinsip hereditas. Prinsip-prinsip hereditas disebut pula Hukum Mendel (Winarmi, 2009 : 22).
Dalam hukum pemisahan mendel mengemukakann bahwa pasangan alel-alel yang menentukan suatu tertentu ternyata dipindahkan secara terpisah. Dengan pengecualian yang jarang terjadi dalam alam, tidak ada pasangan alel-alel yang secara normal dipindahkan bersama-sama dari satu generasi ke generasi lain. Fenomena ini yang disebut hukum segregasi atau ukum pemisahan, digambarkan oleh persilangan F1 x F1. Hanya jika kedua gen , T dan t, dari setiap tanaman F1 berpisah dalam gamet yang berbeda dan dipindahkan secara terpisah pada waktu reproduksi saja, maka dimungkunkan untuk diperoleh kombinasi seperti (Pai, 1985).
Persilangan monohibrid dalam ilmu genetika  persilangan monohibrid ditentukan oleh gen-gen yang memisah secara bebas, di mana pada pembentukan gamet (Gametogenesis) untuk gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan ke dalam sel anakan. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing menuju ke satu gamet. Hal ini dikenal juga dengan Hukum  I Mendel (The Law of Segregation of Allelic Genes) (Zaifbio, 2010).
Berbeda dengan persilangan monohibrid yang hanya memperhatikan satu sifat beda, maka persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis dengan dua sifat beda. Ciri-ciri persilangan Dihibrid : Persilangan dengan memperhatikan dua sifat beda, Jumlah Gamet yang terbentuk pada setiap individu adalah 4 (2n), Fenotip individu ditentukan oleh 2 macan sifat genetik, Dijumpai maksimal 16 variasi genotip pada F2, 7 sifat kontras yang dimiliki ercis (Pisum sativum), 7 sifat kontras yang dimiliki ercis (Zaifbio, 2010).


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.   Waktu dan Tempat
            Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut  :
       Hari / Tanggal   : Senin, 24 November 2014
       Pukul                 : 13.00 – 15.00 WITA
       Tempat              : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Samata – Gowa.
B.   Alat dan Bahan
                               1.  Alat
                   Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua buah toples.
                 2.  Bahan
                   Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah untuk persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid yaitu kancing genetika warna merah 15 buah, kancing genetika warna putih 10 buah, warna hitam 10 biji danwarna hijau 3 biji.




C.   Prosedur Kerja
                   Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
       1.  Persilangan Monohibrid
            1.1.    Menyiapkan alat dan bahan percobaan
            1.2.    Mengambil kancing genetika berwarna merah 6 biji dan kancing genertika berwarna putih 6 biji.
            1.3.    Kemudian kedua kancing genetika warna merah dan putih tersebut dicampurkan dan diacak didalam kantong baju lab ataupun toples yang telah disediakan.
            1.4.    Memasukkan tangan kedalam kantong baju dan mengambil kancing satu pasang secara bersamaan tanpa dilihat dan dipilih secara acak. Kemudian kancing yang diambil tadi disimpan diatas meja, sehingga hasil kombinasi kancing genetika berupa merah-merah, merah-putih, dan putih-putih.
            1.5.      Mencatat hasil pengambilan
            1.6.    Kemudian mengulangi proses ini sebanyak 12 kali pengambilan.
       2.  Persilangan Dihibrid
            2.1.    Menyiapkan alat dan bahan percobaan.
            2.2.    Mengambil kancing genetika berwarna merah (M), putih (m), hitam (B), hijau (b) masing-masing merah 9 biji, putih 4 biji, hitam 10 biji, dan hijau 3 biji.
            2.3.    Kemudian keempat warna jenis kancing genetika itu dimasukkan atau dicampurkan dan diacak didalam kantong baju lab ataupun toples yang telah disediakan.
            2.4.    Memasukkan tangan kedalam kantong baju lab atau toples dan mengambil kancing satu pasang secara bersamaan tanpa dilihat dan dipilih secara acak. Kemudian kancing diambil disimpan diatas meja, sehingga membentuk gabungan MB, Mb, mB, mb.
            2.5.    Mencatat hasil pengambilan.
            2.6.    Kemudian mengulangi proses ini sebanyak 13 kali pengambilan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Pengamatan
       1.  Persilangan Monohibrid
            1.1. Tabel Pengamatan 1
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü  

2
ü  


3

ü  

4

ü  

5


ü  
6


ü  
7

ü  

8

ü  

9

ü  

10

ü  

11

ü  

12
ü  


Frekuensi
2
8
2
                   Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                                          Negeri Alauddin Makassar, 2014









                1.2. Tabel Pengamatan II      
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü  

2


ü  
3


ü  
4


ü  
5

ü  

6

ü  

7

ü  

8

ü  

9
ü  


10
ü  


11

ü  

12
ü  


Frekuensi
3
6
3
                   Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                                          Negeri Alauddin Makassar, 2014

                 




















                1.3. Tabel Pengamatan III
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1


ü  
2
ü  


3

ü  

4
ü  


5


ü  
6

ü  

7

ü  

8

ü  

9

ü  

10

ü  

11

ü  

12

ü  

Frekuensi
2
8
2
                         Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                                          Negeri Alauddin Makassar, 2014










            1.4. Tabel Pengamatan IV
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1
ü  


2

ü  

3

ü  

4


ü  
5


ü  
6


ü  
7


ü  
8

ü  

9
ü  


10
ü  


11

ü  

12
ü  


Frekuensi
4
4
4
                         Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                                          Negeri Alauddin Makassar, 2014










            1.5. Tabel Pengamatan V
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü  

2

ü  

3

ü  

4

ü  

5

ü  

6

ü  

7

ü  

8

ü  

9

ü  

10


ü  
11
ü  


12

ü  

Frekuensi
1
10
1
                         Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                                          Negeri Alauddin Makassar, 2014










            1.6. Tabel Pengamatan VI
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü  

2


ü  
3
ü  


4

ü  

5

ü  

6
ü  


7


ü  
8

ü  

9

ü  

10


ü  
11
ü  


12

ü  

Frekuensi
3
6
3
                         Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                                          Negeri Alauddin Makassar, 2014










            1.7. Tabel Pengamatan VII
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1
ü  


2


ü  
3


ü  
4

ü  

5

ü  

6

ü  

7

ü  

8

ü  

9

ü  

10

ü  

11

ü  

12
ü  


Frekuensi
2
8
2
                         Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                                          Negeri Alauddin Makassar, 2014










            1.8. Tabel Pengamatan VIII
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1


ü  
2

ü  

3

ü  

4

ü  

5

ü  

6

ü  

7

ü  

8

ü  

9
ü  


10

ü  

11

ü  

12

ü  

Frekuensi
1
10
1
                         Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                                          Negeri Alauddin Makassar, 2014










            1.9. Tabel Pengamatan IX
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1

ü  

2

ü  

3


ü  
4

ü  

5


ü  
6
ü  


7
ü  


8


ü  
9
ü  


10

ü  

11

ü  

12

ü  

Frekuensi
3
6
3
                         Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                                          Negeri Alauddin Makassar, 2014










            1.10.  Tabel Pengamatan X
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1
ü  


2
ü  


3
ü  


4

ü  

5


ü  
6


ü  
7

ü  

8

ü  

9

ü  

10

ü  

11


ü  
12

ü  

Frekuensi
3
6
3
                           Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                                            Negeri Alauddin Makassar, 2014


















       2.  Persilangan Dihibrid
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah
Hitam
(MB)
Merah
Hijau
(Mb)
Putih
Hitam
(mB)
Putih
Hijau
(mb)
1
ü  



2
ü  



3
ü  




4
ü  



5

ü  


6


ü  

7

ü  


8


ü  

9
ü  



10


ü  

11
ü  



12

ü  


13


ü  

Frekuensi
6
3
4
0
               Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                               Negeri Alauddin Makassar, 2014










       3.  Tabel Frekuensi
Pengambilan
Hasil Pengambilan
Merah- Merah
(MM)
Merah-Putih
(Mm)
Putih-Putih
(mm)
1
2
8
2
2
3
6
3
3
2
8
2
4
4
4
4
5
1
10
1
6
3
6
3
7
2
8
2
8
1
10
1
9
3
6
3
10
3
6
3
Frekuensi
24
72
24
Jumlah
120
               Sumber : Laboratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
                               Negeri Alauddin Makassar, 2014

B.   Analisis Data
                   Adapun analisis data dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
       1.  Persilangan monohibrid
            MM (Merah – Merah) = 24   x 100% = 20%
                                                               120
            Mm (Merah – Putih)   = 72   x 100% = 60%
                                                               120
            Mm (Putih – Putih)     = 24   x 100% = 20%
                                                               120
     
     
       2.  Persilangan dihibrid
            MB (Merah – Hitam) = 6   x 100% = 46,15%
                                                              13
            Mb (Merah – Hijau)   = 3   x 100% = 23,07%
                                                  13
            Mb (Putih – Hijau)     = 4   x 100% = 30,76%
                                                  13
            mb (Putih – Putih )     = 0   x 100% = 0%
                                                  13
C.   Pembahasan
                   Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
       1.  Persilangan monohibrid
                   Persilangan monohibrid yaitu persilangan satu sifat beda, dengan menggunakan kancing genetika merah 6 biji dan putih 6 biji. Pada percobaan ini terdapat frekuensi berbeda dari setiap pengambilan kancing yaitu pada tabel pengamatan 1 memiliki frekuensi 2 : 8 : 2, tabel pengamatan 2 memiliki frekuensi 3 : 6 : 3, tabel pengamatan 3 memiliki frekuensi 2 : 8 : 2, tabel pengamatan 4 memiliki frekuensi 4 : 4 : 4, tabel pengamatan 5 memiliki frekuensi 1 : 10 : 1, tabel pengamatan 6 memiliki frekuensi 3 : 6 : 3, tabel pengamatan 7 memiliki frekuensi 2 : 8 : 2, tabel pengamatan 8 memiliki frekuensi 1 : 10 : 1, tabel pengamatan 9 memiliki frekuensi 3 : 6 : 3, tabel pengamatan 10 memiliki frekuensi 3 : 6 : 3.
                   Dilihat dari frekuensi tabel pengamatan 1 sampai 10 yang ada maka perbandingan frekuensi yang paling sering muncul adalah perbandingan 3 : 6 : 3. Dari data diatas dapat ditentunkan data dominan dari perbandingan yang ada yaitu 24 untuk (Merah – Merah), 72 untuk (Merah – Putih), dan 24 untuk (Putih – Putih), kemudian dibagi banyaknya data yang diperoleh dari tabel pengamatan sebanyak 120 lalu dikalikan 100% akan menghasilkan (MM) = 20%, (Mm) = 60%, (mm) = 20%.
Berdasarkan hasil tabel frekuensi diatas bahwa pada persilangan monohibrid kancing genetika berwarna merah-putih (Mn) lebih dominan dibandingkan kancing genetika hasil persilangan lainnya merah-merah (MM) dan putih-putih (mm). Hal tersebut sama dengan percobaan yang dilakukan oleh mahasiswa UNM yang bernama Arsil bahwa warna merah-putih (Mn) lebih dominan dibandingkan warna merah-merah (MM) dan putih-putih (mm), dengan frekuensi perbandingannya 2 (MM) : 8 (Mm) : 2 (mm).
       2.  Persilangan dihibrid                              
       Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat berbeda, dengan menggunakan kancing genetika berwarna merah (M), putih (m), hitam (B), dan hijau (b). Pada percobaan dihibrib ini dilakukan dengan cara menggabungkan masing-masing warna kancing genetika yaitu warna merah dengan hitam (MB), merah dengan hijau (Mb), putih dengan hitam (mB), dan putih dengan hijau (mb). Kemudian masing-masing warna kancing genetika dimasukkan kedalam kantong baju lab/toples yang disediakan secara terpisah sebanyak 13 biji. Pada percobaan dihibrib ini terdapat satu tabel dan 1 data dengan frekuensi 6 : 3 : 4 : 0. Dari data yang diperoleh setelah frekuensi dibagi banyaknya data yaitu 13 dan dikalikan dengan 100% maka diperoleh hasil persilangan dihibrid kancing genetika yaitu (MB) = 46,15%, (Mb) = 23,07%, (Mb) = 30,76%, (mb) = 0%.
Berdasarkan hasil tabel frekuensi diatas bahwa pada persilangan dihibrid kancing genetika berwarna merah-hitam (MB) lebih dominan dibandingkan kancing genetika hasil persilangan lainnya merah-hijau (Mb), putih-hitam (mB), dan putih-hijau (mb). Hal tersebut sama dengan percobaan yang dilakukan oleh mahasiswa UNM yang bernama Arsil bahwa warna merah-hitam (MB) lebih dominan dibandingkan kancing genetika hasil persilangan lainnya merah-hijau (Mb), putih-hitam (mB), dan putih-hijau (mb), dengan frekuensi perbandingannya 6 (MB) : 3 (Mb) : 4 (mB) : 3 (mb).

BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Persilangan monohibrid yaitu persilangan satu sifat beda dengan menggunakan kancing genetika berwarna merah 6 biji, kancing berwarna putih 6 biji dan  kancing berwarna merah-merah (MM), merah putih (Mm) dan putih-putih (mm) dengan jumlah frekuensi 24 : 72 : 24 dan perbandingannya yaitu (MM) = 20%, (Mn) = 60%, (mn) = 20%.
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dua sifat beda dengan menggunakan kancing berwarna merah (M), putih (m), hitam (B) dan hijau (b). Pada percobaan ini dilakukan dengan cara menggabungkan masing-masing warna yaitu merah dengan hitam (MB), merah dengan hijau (Mb), putih dengan hitam (mB) dan putih dengan hijau (mb). Kemudian masing-masing warna di masukkan ke dalam toples lalu dikocok-kocok sampai tercampur dan mulai pngambilan tanpa melihat ke dalam toples. Kemudian mencatat hasil kombinasi pada pasangan tersebut. Pada hasil pengamatan di dapat frekuensi 6 : 3 : 4 : 0 dan perbandingannya yaitu (MB) = 46,15%, (Mb) = 23,07%, (Mb) = 30,76%, (mb) = 0%.
B.   Saran
             Saran saya dalam praktikum ini adalah sebaiknya laboran menyiapkan alat dan bahan sesuai percobaan yang ada pada buku tuntunan, karena pada saat praktikum kancing genetika yang disediakan masih kurang, sehingga menghambat berjalannnya praktikum/percobaan yang dilakukan oleh praktikan. Saya harap praktikum selanjutnya laboran menyiapkan alat dan bahan percobaan demi berjalannya praktikum sesuai yang diinginkan bersama.
     



DAFTAR PUSTAKA
 Apandy, Machidin dan Lanny T. Haty. 1991.Genetika. Jakarta: Erlangga.
Campbell. 2008. Biologi edisi kedelapan jilid 1. Jakarta: Erlangga.
  Munandar, Arsil. 2013. Persilangan monohibrib dan dihibrid. http://arsilmunandar.blogspot.com/2013/06/laporan praktikum persilangan monohibrib dan dihibrib.html. (Diakses pada tanggal 30 Desember 2014 pukul 20.14 WITA).

Pratiwi, dkk. 2004. Pewarisan Sifat. Jakarta : Erlangga.

Pai, Anna C. 1985. Dasar-Dasar Genetika. Jakarta: Erlangga.

Sugiri. 1983. Biologi Dasar. Bogor: Erlangga.

Suryati, Dotti. 2011. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi.

Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga. Universitas Bengkulu.

Winarni, Susi. 2009. Pewarisan Sifat. Semarang: IAIN Walisongo Semarang.

Zaifbio. 2010. Biologi Online Blog Pendidikan Biologi. http:// Pewarisan Sifat-biologi-online.html. (Diakses pada tanggal 30 November 2014 pukul 21.11).


sumber
http://armanpeternakan14.blogspot.com/2015/10/laporan-praktikum-biologi-dasar_52.html