LAPORAN PRAKTIKUM ANFISMAN GERAK REFLEKS

LAPORAN ANFISMAN GERAK REFLEKS


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sungguh besar karunia Tuhan kepada kita, begitu banyak nikmat yang tuhan anugrahkan kepada kita mulai dari hal yang sangat kecil atau bahkan hal-hal yang besar hingga hal-hal yang tidak kita sadari. Pada makhluk hidup, tentunya setiap makhluk hidup melakukan sesuatu hal untuk bertahan hidup. Secara umum hal yang kita maksud disini adalah kemampuan suatu makhluk hidup dalam mencari makanan.
Berbicara tentang bertahan hidup (survival) seperti yang telah dijelaskan di atas, dimana yang kita angkat disini adalah kemampuan mencari makanan. Kemampuan mencari makanan tentunya harus di dukung oleh kemampuan organism tersebut. Dalam praktikum ini yang kita maksudkan adalah kemampuan untuk bergerak . pada unit kali ini, kita akan berbicara tentang bergerak, tentunya ada macam-macam gerak. Ada gerak dengan sengaja serta ada gerak dengan tidak sengaja atau kita sebut dengan gerak reflek.
Bahasan kita pada unit kali ini adalah masalah gerak reflek. Pernahkah anda sadari seberapa besar manfaat gerak reflek untuk kita? Kita buat analogi tentang kejadian yang sering terjadi di dalam kehidupan kita. Contoh misalnya kita lagi di dapur, sedang memasak sesuatu kemudian tidak sengaja kita menyentuh bagian panas dari alat-alat yang kita pakai memasak sebelumnya, terus apa yang kita lakukan adalah langsung menarik tangan kita dengan cepat, itulah gerak reflek. Coba fikirkan jikalau tidak ada gerak reflek tangan kita menempel kepada benda panas, mungkin tangan kita sudah terluka parah karena panas baru kita sadari bahwa ternyata tadi panas.
Sungguh besar karunia tuhan, maka dari itu penting untuk kita melakukan praktikum ini sebagai tambahan wawasan, serta sebagai cara untuk mengetahui macam-macam gerak reflek serta tempat-tempat pada bagian tubh yang memiliki respon gerak reflek.
 B.     Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk memahami pengertian refleks dan mempelajari reaksi-reaksi pada beberapa bagian tubuh sebagai akibat dari rangsangan.
 C.     Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini agar mahasiswa dapat memahami pengertian refleks dan mempelajari reaksi-reaksi pada beberapa bagian tubuh sebagai akibat dari rangsangan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada dua sistem gerak pada manusia, yaitu gerak reflex dan gerak sadar (terkoordinasi). Refleks ialah aktifitas yang timbul langsung sebagai respon terhadap rangsangan tanpa olahan syaraf sentral bagian korteks. Refleks bermacam-macam dari yang sederhana hingga yang kompleks. Contoh refleks yang sederhana adalah refleks menyusu. Bayi yang baru lahir dan sehat sudah dapat menghisap susu dari payudara ibunya. Refleks alimentasi ini dapat dimulai dari pipi bayi yang disentuh puting payudara. Bayi akan menengok ke arah payudara yang akan dihisap itu. Mulutnya membuka, bibirnya menangkap puting payudara, mungkin tangannya akan memegang payudara itu, lalu timbul gerakan menghisap dan menelan. Semua aktifitas ini berjalan reflektoris (Suyanto, 2010).
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensr, interneuron, dan neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron motor. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh sel saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara atau neuron penghubung (Wulandari, 2009).
Ciri refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak di sadari. Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks. Neuron konektor merupakan penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorok. Jika neuron konektor berada di otak, maka refleksnya di sebut refleks otak. Jika terletak di sumsum tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks tulang belakang (Taiyeb, 2016).
Prinsip kegiatan system saraf ditampilkan dalam bentuk kegiatan gerak refleks. Dengan adanya gerak refleks dimungkinkan terjadinya kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ dari individu dan hubungan individu dengan sekelilingnya. Refleks merupakan reaksi organism terhadap perubahan lingkungan  baik di dalam maupun luar organism (Syaifuddin: 2006)
Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara ototmatis tanpa di sadari. Terdapat dua tipe refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar yang menyatu tanpa dipelajari, seperti menutup mata pada saat ada benda menuju ke arahnya dan refleks yang dipelajari atau refleks yang di kondisikan (conditioned refleks), yang dihasilkan dari berbuat dan belajar, sepeti membelokkan stri mobil kalau mau menabrak benda. Kita mengerjaka hal tersebut secara ototmatis, tetapi hanya setelah banyak berlatih secara sadar (Basoeki, 2003)
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar misalnya menutup mata dari debu, menarik tangan dari benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas bahkan  dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu (Pearce 2009).
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara ototmatis terhadap rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak. Gerak refleks yang paling sederhana memerlukan dua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, di terima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa di olah di dalam otak langsung di kirim tanggapan ke saraf motor untuk di sampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar, jalan pintas ini di sebut lengkung refleks (Wulandari, 2009).
Kegiatan pada lengkung refleks di mulai di reseptor sensorik sebagai potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas di saraf eferen. Bila potensial aksi ini sampai ke efektor, terjadi lagi respon yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Efektor yang berupa otot rangka, respon bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensil aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot. Hubungan antara neuron aferen dengan eferen biasanya terdapat di sistem saraf pusat (Ganong, 2009).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal         : Kamis//26 Mei 2016
Pukul                     : Pukul 16.00 s.d 17.50 WITA
Tempat                  : Laboratorium Biologi Lantai III Barat FMIPA UNM
B.     Alat dan Bahan
            a.     Alat
                       1.     Martil Refleks
                       2.     Senter
                       3.     Jarum
                       4.     kursi
            b.    Bahan
1.      Probandus
2.      Kapas
3.      Aquadest
C.      Prosedur Kerja
1.    Refleks lutut
a.  Mencoba duduk dengan bertumpang kaki (kaki kanan diatas) dan mengalihkan perhatiannya ke sekelilingnya.
b.      Penguji memukul ligamentum patella dengan martil refleks.
c.       Mengamati hasilnya dan mencatat pada lembar pengamatan.
2.    Refleks tumit
a.     Mencoba berdiri dengan kaki kiri dibengkokkan dan naracoba mengalihkan perhatiannya ke sekelilingnya.
b.   Penguji memukul tendo Achilles kaki kiri naracoba dengan martil refleks. Mengamati gerak refleks yang terjadi.
3.    Refleks bisep
a.   Meluruskan lengan naracoba secara pasif dan meletakkannya di atas meja. Naracoba mengalihkan perhatiannya.
b.    Penguji memukul tendi m. Bisep brakii lengan dengan martil refleks dan mengamati gerak refleks yang terjadi.
4.    Refleks trisep
a.       Membengkokkan lengan kiri naracoba secara pasif, mengalihkan perhatiannya.
b.      Penguji memukul tendo m. Trisep brakii lengan dengan martil refleks, mengamati gerak  refleks yang terjadi.
5.    Refleks mengejap
a.       Naracoba membuka kedua matanya dan mengarahkan pandangannya ke titik yang jauh.
b.    Penguji menyentuh permukaan kornea mata kanan dengan ujung kapas yang telah di basahi dengan aquadest.
c.       Mengamati dan mencatat gerak refleks yang terjadi.
6.    Refleks dinding perut
a.       Naracoba membuka bagian perut dan bersikap rileks atau santai.
b.   Penguji menggores dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial dengan menggunakan bagian tumpul jarum.
c.       Mengamati dan mencatat refleks yang terjadi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


  A.    Hasil Pengamatan
         Data Kelompok IV
Nama Probandus
Macam refleks
Lutut
Tumit
Trisep
Bisep
Mata
Perut
Ahsan Qadri


-



Nur Ainun A

-




Vera A


-


-
Widya SPP






Dwi Sinta A






Mauliani

-



-
Wahyu






Fitriani






Data Kelas
No
Nama
lutut
tumit
trisep
bisep
mata
perut
1
Fitriani






2
Sinta






3
Widya






4
Mauliani






5
Vera






6
Ainun






7
Qadri






8
Wahyu






9
Rusnita






10
Jiahadi






11
Fitriandani






12
Nurhuda






13
Rabiatul






14
Hasriana






15
Elsa






16
Yuliana






17
Marina






18
Azizah






19
Dhia






20
Nurfajrianti






21
Anita






22
Demmanyai






23
Alvia






24
Athifatul






25
Agung






26
Rhoiha






27
Fajri






28
Gunadi






29
Ogy






30
Ningsih






31
Resky






32
Ayu






33
Varadillah






34
Aprilyani






35
Windy






36
Fadilah






37
Ilmi






38
Sinta






39
Sri






40
Husnil






41
Iksan






42
Anggelina






43
Intan






44
Khairul






45
Herni






46
Fajryani






47
Auliyah Mis






48
Khalifah






49
Indra






50
Aisyah






51
Supriadi






52
Ulfa






53
Fadil







  B.     Pembahasan
Kegiatan praktikum kali ini dengan mengamati masalah gerak, lebih tepatnya masalah gerak reflex. Sebelumnya perlu kita kerahui terlebih dahulu bahwa gerak reflex bersifat tidak disadari atau diluar kendali manusia karena butuhnya manusia respon atau tanggap cepat terhadap rangsang yang ada dari luar misalnya kita lagi di dapur, sedang memasak sesuatu kemudian tidak sengaja kita menyentuh bagian panas dari alat-alat yang kita pakai memasak sebelumnya, terus apa yang kita lakukan adalah langsung menarik tangan kita dengan cepat, itulah gerak reflek. Coba fikirkan jikalau tidak ada gerak reflek tangan kita menempel kepada benda panas, mungkin tangan kita sudah terluka parah karena panas baru kita sadari bahwa ternyata tadi panas.
Proses terjadinya gerak refleks ini tentunya diawali dengan adanya rangsangan, kemudian rangsangan tersebut akan di teruskan ke otak atau sumsum tulang belakang melalui neuron sensorik dengan kecepatan yang sangat tinggi kemudian menuju ke efektor (luar tubuh) melalui neuron motorik sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang diperoleh.
Kegiatan praktikum unit ini menggunakan 6 macam daerah untuk diuji ada tidaknya gerak reflex pada tubuh probandus. Yaitu gerak refleks pada lutut, gerak refleks pada tumit, gerak refleks pada bisep, gerak reflkes pada trisep, gerak refleks mengejapkan mata, dan yang terakhir adalah gerak refleks pada dinding perut. Itulah 6 daerah yang akan diujikan.
Berdasarkan hasil pengamatan, maka diketahui bahwa pada pengujian gerak reflex pada lutut dari 53 probandus 50 orang yang memiliki gerak reflex. Pada pengujian gerak reflex pada tumit dari 53 probandus 49 orang yang memiliki gerak reflex. Pada pengujian gerak reflex pada bisep dari 53 probandus 41 orang yang memiliki gerak reflex. Pada pengujian gerak reflex pada trisep dari 53 probandus 45 orang yang memiliki gerak reflex. Pada pengujian gerak reflex pada perut dari 53 probandus 44 orang yang memiliki gerak reflex sedang pada mata, semua probandus memiliki gerak refleks. Dari hasil pengamatan ini dapat diketahui bahwa semua probandus yang telah di uji pada 6 titik tertentu secara umum memiliki gerak refleks.

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Proses terjadinya gerak refleks ini tentunya diawali dengan adanya rangsangan, kemudian rangsangan tersebut akan di teruskan ke otak atau sumsum tulang belakang melalui neuron sensorik dengan kecepatan yang sangat tinggi kemudian menuju ke efektor (luar tubuh) melalui neuron motorik sebagai tanggapan terhadap rangsangan yang diperoleh. Serta diketahui bahwa pada 6 titik pengujian, umumnya probandus memiliki gerak refleks pada daerah tersebut.
B.     Saran
Sebaiknya dalam pengerjaan laporan tidak perlu menggambar kembali gambar yang telah jelas dan disediakan dalam penuntun.

DAFTAR PUSTAKA
     Basoeki, soedjono. 2003. Fisiologi Manusia. JICA: Malang.
     Ganong. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.

     Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Ilmu

    Suyanto, slamet. 2010. Hasil Kajian Neuroscience dan Implikasinya dalam Pendidikan. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY:  Yogyakarta.

    Syaifuddin. 2006. Anatomo Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

   Wulandari, puspita. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis Mikrokontroller AT 89S8252. Jurnal Neutrino Vol. 1 No. 2.

    Taiyeb, mushawwir. 2016. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan Biologi FMIPA UNM : Makassar.


sumber
http://kotakmipa.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-anfisman-gerak-refleks.html


Semoga bermanfaat yah sobat biologi jangan lupa share artikel ini. LAPORAN PRAKTIKUM ANFISMAN GERAK REFLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

LAPORAN PRAKTIKUM
“PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM”


                                       OLEH:
NAMA              : MUHAMMAD AL FICHRY FALIHI
NIM                   : Q1A116031
KELOMPOK    : 2
KELAS              : A





JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
I.     PENDAHULUAN
1.1.  Latar belakang
 Pengenalan alat-alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum sangat di butuhkan dalam proses penilitian atau pun praktikum terutama dalam proses praktikum kimia. Ada banyak sekali alat-alat yang digunakan dan mempunyai fungsi masing-masing didalam bidang keilmuan atau pun proses penilitian tentu alat-alat ini sangat di butuhkan sekali. Alat-alat laboratorium juga dapat berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur pemakaiannya. Maka diperlukannya pengenalan alat-alat laboratorium agar penggunaan alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar, sehingga kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting agar mendapatkan hasil penelitian yang baik dan benar. Data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang.
Dalam praktikum pengenalan alat-alat laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan spesifikasi masing-masing alat tersebut. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan bahan-bahan dari mikrobia yang tidak diinginkan. Jadi Alat-alat sterilisasi adalah alat yang digunakan untuk membebaskan suatu bahan atau alat lain dari mikrobia yang tidak diinginkan. Pada umumnya kegiatan praktek laboratorium diarahkan pada upaya agar mahasiswa dituntut untuk menguji, memverifikasi atau membuktikan hukum atau prinsip ilmiah yang sudah dijelaskan oleh dosen, asisten dosen atau buku teks.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Pengenalan Alat-alat Laboratorium adalah sebagai berikut :
1.        Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi beberapa peralatan  laboratorium yang dibutuhkan dalam pengujian mikrobiologis.
2.        Mahasiswa dapat mengoperasikan peralatan dan mengetahui cara penanganan agar dapat berfunsgsi dengan benar.











II.     TINJAUAN PUSTAKA
Pekerjaan dalam laboratorium biasanya sering menggunakan beberapa alat gelas. Penggunaan alat ini dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu laboratorium dapat kita ciptakan apabila ada kemauan dari para pekerja, pengguna, maupun kelompok pekerja laboratorium untuk menjaga dan melindungi diri, diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan yang terjadi dapat berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya. Tujuan dari praktikum pengenalan alat ini adalah untuk mengenal beberapa macam alat gelas yang sering digunakan dalam laboratorium dan penggunaanya (Ginting, 2010).
Pengenalan alat- alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum sangat dibutuhkan dalam proses penelitian ataupun praktikum terutama dalam proses praktikum kimia banyak sekali alat-alat yang digunakan dan mempunyai fungsi masing-masing didalam bidang keilmuan atau pun proses penelitian tentu alat-alat ini sangat dibutuhkan sekali alat-alat laboratorium juga dapat berbahasa jika terjadi kesalahan dalam prosedurpemakaiannya maka diperlukan pengenalan alat-alat laboratorium agar pengguanaan alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar, sehingga kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir sedikit  mungkin hal ini penting agar mendapatkan hasil penelitian yang baik dan benar, data–data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang (Hokayuruke, 2013).
Secara umum fungsi setiap alat diberikan secara umum karena tidak mungkin semua fungsi diutarakan dalam melakukan kegiatan di laboratorium. Untuk memudahkan dalam memahami alat-alat laboratorium, penulisan alat-alat diurut sesuai dengan abjad. Agar supaya alat-alat laboratorium dapat digunakan dalam waktu relatif lama dalam keadaan baik, perlu pemeliharaan dan penyimpanan yang memadai (Koesmadja, 2006).
Saat melakukan pengamatan, terutama jika hasil yang diharapkan berupa data kuantitatif, dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi. Seringkali kita membutuhkan alat bantu untuk mendapatkan ketelitian yang diharapkan. Peralatan yang digunakan dalam pengamatan biasanya digunakan untuk mengukur atau mengamati objek-objek yang  ukurannya tidak dapat diamati langsung oleh indera manusia. Penggunaan alat-alat pengamatan harus dilakukan secara hati-hati agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, terutama peralatan laboratorium. Dalam menggunakan peralatan laboratorium kamu harus memiliki keterampilan, kecermatan, dan ketelitian agar diperoleh data yang akurat. Untuk itu, kita perlu mengenali bagian-bagian dan cara kerja dari alat tersebut. Berikut akan disampaikan beberapa alat yang sering digunakan dalam pengamatan dan praktikum (Puspita,rohima 2009).
Eksperimen dan praktek laboratorium merupakan bagian dari pengajaran sains. Bekerja di laboratorium sains adalah suatu hal yang melibatkan benda nyata dan juga mengamati perubahan yang diamati. Ketika sains bergerak melampaui dunia pengalaman menuju generalisasi yang lebih abstrak yang memungkinkan penjelasan dan peramalan, pengalaman secara dekat adalah titik awal untuk generalisasi ilmiah dan pembuatan teori. Sehingga praktik laboratorium dan eksperimen merupakan bagian yang esensial dalam pengajaran sains sebagai produk ini (Wahyudi, 2011).
                                                                         
                                   











III.    METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Tempat Dan Waktu
        Praktikum Pengenalan Alat-alat Laboratorium di laksanakan di Laboratorium Agroteknologi Unit Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo pada hari Rabu, tanggal 21 September 2016 Pukul 08.00-10.00 WITA.
 3.2. Bahan dan Alat
        Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu ,gelas kimia, gelas ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, hot plate, pipet, sikat tabung, sentrifuse, loupe, cawan petri, cultur chamber, mikroskop cahaya, lampu Bunsen, jarum ose, timbangan analitik, autoclave, dan shaker water bath.
      3.3. Prosedur kerja
             Proses kerja pada praktikum Pengenalan Alat-alat laboratorium adalah adalah sebagai berikut :
1.    Menyiapkan dan mengenali alat-alat laboratorium mikrobiologi dasar.
2.    Mengenali fungsi dan kegunaan alat-alat laboratorium mikrobiologi dasar.
3.    Dokumentasi alat-alat laboratorium mikrobiogi dasar.





IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
   4.1. Hasil
Hasil praktikum pengenalan alat-alat laboratprium dapat di lihat pada table di bawah ini:
Tabel Hasil praktikum pengenalan alat-alat laboratorium.
NO
NAMA
GAMBAR
1.
Gelas kimia
     
2.
Gelas ukur



3.
Tabung reaksi



4.
Erlenmeyer
           
5.
Hot plate

6.
Pipet mikro

7.
Sikat tabung

8.
Sentrifuse

9.
Loupe

10.
Cawan petri

11.
Cultur chamber

12.
Mikroskop cahaya

13.
Lampu Bunsen

14.
Jarum ose

15.
Timbangan Analitik

16.
Autoclave

17.
Shaker water bath


3.2.  Pembahasan
Praktikum yang berjudul “Pengenalan Alat” ini membahas mengenai alat-alat yang akan di pergunakan pada praktikum mikrobiologi. Pada praktikum pertama ini, kami dikenalkan pada beberapa peralatan yang nantinya akan digunakan di praktikum mikrobiologi, diantaranya yaitu Gelas kimia, gelas ukur,tabung reaksi, erlenmeyer, hot plate, pipet, sikat tabung, sentrifuse, loupe, cawan petri, cultur chamber, mikroskop cahaya, lampu bunsen, jarum ose, timbangan analitik, autoclave, dan shaker water bath.
Gelas kimia berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya, terbuat dari kaca borosilikat yang tahan panas, berfungsi untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia, memanaskan cairan dan media pemanasan cairan. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkan dengan lap. Alat ini juga bisa digunakan untuk menyimpan koloni.
Gelas ukur berupa gelas tinggi dengan skala disepanjang dindingnya, terbuat dari kaca atau plastik yang tidak tahan panas, berfungsi untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan  tingkat  ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu. Selain itu juga gelas ukur memiliki fungsi untuk mengukur volume larutan.
Tabung raeksi berupa tabung yang terkadang dilengkapi tutup, terbuat dari kaca borosilikat tahan panas, berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia dan untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan terlebih dahulu lalu dikalibrasi dengan aqua DM setelah itu lap dengan lap atau kertas isap. Kemudian sampel yang akan direaksikan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Erlenmeyer berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin  kecil dengan skala sepanjang dindingnya, berfungsi untuk menyimpan dan  memanaskan suatu koloni. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkan dengan lap. Kemudian suatu larutan dimasukkan lalu dititrasi, kemudian digoyangkan memutar labu erlenmeyernya larutan, menampung filtrate hasil  penyaringan, dan menampung titran ( larutan yang dititrasi) pada proses filtrasi. Selain itu juga labu erlenmeyer juga memiliki fungsi untuk menyimpan koloni pada saat pengamatan.
Hot plate, alat ini berfungsi untuk menghomogenisasikan suatu larutan yaitu dengan pengadukan. Dengan alat ini proses pengadukan akan lebih cepat, alat ini juga bisa digunakan untuk pembuatan media bakteri. Pipet berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran diujungnya, berfungsi untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkan dengan batang pengaduk yang ditutupi dengan kertas isap. Periksa keadaan kerannya dan tetesannya apakah bocor atau tidak. Lalu dikalibrasi dengan larutan yang akan dimasukkan ke dalam buret, periksa apakah ada gelembung atau tidak. Buka keran perlahan untuk mengeluarkan larutannya.
Sikat tabung, adalah alat yang  digunakan untuk membersihkan tabung reaksi yang dimana bulu sikatnya terbuat dari kawat halus. Sentrifuse, adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan partikel padat pada cairan yang digerakan oleh motor listrik. Sentrifuse digunakan untuk menghomogenkan partikel-partikel yang ukurannya lebih ringan dari partikel-partikel yang ukuirannya lebih besar. Loupe digunakan untuk membesarkan objek serta untuk melihat sel yang berukuran mikroskopis.
Loupe adalah alat yang terdiri dari sebuah lensa cembung yang berguna untuk memperbesar benda-benda kecil sehingga Nampak lebih besar dan jelas. Cawan petri, adalah sebuah wadah yang berbentuk bundar dan terbentuk dari bahan plastic dan kaca, mempunnyai ukuran berbeda-beda, yang digunakan untuk membiakkan sel dan juga untuk mengkultur bakteri, spora atau biji-bijian. Cawan petri plastik di gunakan hannya satu kali saja.
Cawan petri yaitu wadah yang menyerupai mangkuk dengan dasar rata. Cawan ini digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media. Prinsip kerjanya yaitu, medium diletakkan di dalam cawan petri kemudian ditutup dengan menggunakan penutup cawan. Culture chamber, adalah  alat untuk mengingkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Didalam laboratorium mikrobiologi digunakan untuk menumbuhkan bakteri pada suhu tertentu,menumbuhkan ragi, dan jamur, menyimpan biakan murni mikroorganisme pada suhu rendah.
Mikroskop cahaya, berfungsi untuk memperbesar objek 4 hingga 24 kali sehingga mempermudakan pengamatan pada objek yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Lampu Bunsen, adalah lampu berbahan bakar spiritus yang digunakan untuk sterilisasi panas dan mempertahankan sterilisasi ruang inokulasi, isolasi dan transfer mikroba.
Lampu Bunsen untuk pemijaran serta untuk mensterilisasikan mikroba dan mengamankan praktikan pada saat melakukan penanaman medium. Jarum ose, alat berupa kawat baja berujung  membulat yang digunakan untuk mengambil mikroba yang diinkubasi, diisolasi atau di transfer ke media kultur lain. Prinsip kerjanya Jarum Ose disentuhkan pada bagian mikroba kemudian menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati.
Timbangan analitik, sebuah alat yang berfungsi untuk mengukur massa suatu benda dengan akurasi sampai ±0,0001 gram dan mempunyai penutup yang terbuat dari kaca. Autoclave, adalah pemanasan tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertegangan tinggi.        
Autoclave yaitu alat yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan. Alat ini terdiri dari bejana tekanan tinggi yang dilengkapi manometer dan klep bahaya. Autoclave dipakai untuk sterilisasi medium atau larutan atau alat-alat yang tahan terhadap suhu tinggi. Shaker water bath digunakan untuk menghomogenkan suspensi bahan terlarut dan pelarut serta untuik menumbuhkan mikroba dan media cair dengan suhu tertentu dan hitunganya 134 permenit.










                                                                               



V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
       Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.        Alat yang di gunakan dalam melakukan pratikum ini adalah, gelas kimia ,gelas ukur ,tabung reaksi ,erlenmeyer ,hot plate ,pipet tetes, mikropipet ,sikat tabung ,sentrifuse ,loupe ,cawan petri,cultur chamber ,mikroskop cahaya ,lampu busen ,jarum ose ,timbangan analitik ,autoclave ,shaker water bath.
2.        Masing-masing alat pratikum memiliki fungsi dan pengguunaan yang berbeda-beda. Seperti gelas kimia berfungsi untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia, memanaskan cairan dan media pemanasan cairan. Cara menggunakannya yaitu dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkan dengan lap. Gelas Ukur berfungsi untuk mengukur volume segala benda dengan ketelitian yang tinggi. Tabung reaksi berfungsi sebagai wadah untuk mereaksikan dua atau lebih larutan. Erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan yang akan dititrasi pada proses titras. Hot plate  berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Mikropipet mempunyai fungsi seperti pipet tetes, yaitu untuk memindahkan cairan atau larutan,mikropipet dapat menyerap cairan yang terukur. Sikat tabung berfungsi untuk membersihkan alat-alat laboratorium  seperti gelas kimia,tabung reaksi,dan gelas ukur berbentuk nya seperti sikat. Sentrifiuse berfungsi untuk menghomogenkan suatu zat dan juga untuk memisahkan cairan dengan padatan. Loupe atau kaca pembesar berfungsi sebagai pembesar suatu objek,berbentuk seperti bulatan kaca.Cawan petri digunakan untuk membiakan (kultivasi) mikroorganisme pada suatu medium yang dituangkan diatas cawan petri. Cultur chamber berfungsi untuk menyimpan alat-alat yang sudah di sterilka,berbentuk seperti oven. Mikroskop cahaya untuk melihat benda-benda yang sangat kecil seperti mokroorganisme. Lampu bunsen berfungsi untuk memanaskan suatu zat dan mengunakan spiritus sebagai bahan bakar nya. Jarum ose berfungsi untuk mengambil dan menyebar sample koloni mikroba pada medium padat atau cair. Timbangan analitik memiliki fungsi membantu untuk mengukur berat bahan secara terukur. Autoclave adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi  suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi  selama kurang lebih 15 menit. Water bath berfungsi untuk menciptakan suhu yang konstan dan digunakan untuk inkubasi pada analisis mikrobiologi.
5.2. Saran
       Saran saya, Pengenalan alat-alat laboratrium merupakan suatu hal yang sangat penting karena merupakan suatu dasar dari praktikum agar tidak terjadi kesalahan dan diharapkan agar praktikan dalam perawatan alat-alat laboratorium lebih ditingkatkan lagi, sehingga alat-alat laboratorium bisa digunakan dalam waktu yang lebih lama. Praktikum pengenalan alat merupakan praktikum yang sangat penting karena alat-alat yang akan digunakan kita selaku praktikan wajib terlebih dahulu mengetahuinya, maka dari itu praktikan wajib memahami serta dapat menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium mikrobiologi agar tidak ada kesalahan-kesalahan pada saat praktikum. dan diharapkan alat yang akan digunakan untuk praktikum pengenalan alat bisa lebih banyak lagi agar para praktikan tidak berdesakan hanya untuk melihat alat yang hanya ada satu atau ssedikit.


DAFTAR PUSTAKA
Ginting. 2009. Kimia Universitas Asas dan Struktur, hlm 325 dan 331.  Binarupa Aksara. Jakarta.
Koesmadja, 2006.Kimia Dasar.  Erlangga. Jakarta.
Hokayuruke, 2013. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Industri. Fakultas Pertanian  Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Puspita, Rohima, 2009.  Alam Sekitar IPA Terpadu : untuk SMP/MTs Kelas
VII. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Wahyudi, 2011. Diktat Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan.Universitas                    Padjajaran, Jatinangor.

sumber
https://alfichry.blogspot.com/2016/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

LAPORAN ANFISMAN PENENTUAN GOLONGAN DARAH

LAPORAN ANFISMAN PENENTUAN GOLONGAN DARAH


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Darah merupakan komponen yang sangat penting dalam tubuh manusia, mengapa demikian, dilihat dari segi fungsi dan urgennya dalam tubuh manusia. Dalam dunia kesehatan khususnya dalam pelayanan di dalam rumah sakit, ketersedian darah merupakan hal yang sagat penting untuk tetap dijaga, mengapa demikian, apabila terjadi kecelakaan yang menyebabkan terjadinya luka dan kehilngan darah, tentunya diperlukan ketersediaan darah dengan jangka waktu penanganan sesegera mungkin. Mengapa demikian, karena apabila seseorang kehilangan banyak darah dalam jang waktu yang  lama dapat menyebabkan kematian bagi diri seseorang.
Secara umum hewan vertebrata memiliki darah dengan warna merah gelap, dengan bentuk cair dan agak kental. darah juga memiliki jenis atau golongan yang berbeda. Tidak serta-merta darah itu sama walaupun sama warnanya, sama kekentalannya, sama baunya, namun darah memiliki golongan teersendiri yaitu A, B, AB dan O. banyaknya jenis darah ini, menjadikan harus adanya ketelitian pada setiap penggunaan darah. Mengapa demikian karena seperti yang di ilustrasikan sebelumnya terkait proses transfuse darah, tidak serta merta orang dapat memberi dan menerima darah, mengapa karena setiap golongan darah memiliki syarat dan ketentuan tersendiri dalam menerima, misalnya golongan darah AB dapat menerima darah A dan B serta sifat-sifat yang lainnya.
Telah kita jelaskan di atas secara singkat mengenai pentingnya darah dan secara ringkas tentang transfuse darah dalam dunia kesehatan. Pada praktikum kali ini, akan dilakukan percobaan untuk mengetahui jenis golongan darah pada tiap praktikan. Selain itu, akan juga dilakukan pengamatan mengenai kadar glukosa dalam, darah, perlu diketahui bahwa darah sendiri berfungsi untuk mengantarkan zat-zat makanan keseluruh tubuh sebagai sumber energy tubuh. Dua pengamatan ini penting untuk dilakukan sebagai tambahan ilmu
B.     Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui golongan darah dan kadar glukosa darah probandus.
C.    Manfaat Praktikum
Manfaat diadakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui golongan darah dan kadar glukosa darah probandus. Selain itu, ilmu yang diperoleh dari praktikum ini bisa menjadi bekal yang sangat berguna sebagai bekal bila nanti menjadi seorang pendidik dan pengajar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah anggota gerak mengalir kembali beberapa pembuluh baik dangkal dan dalam yang kemudian berhimpun membentuk pembuluh balik paha melanjutkan perjalanannya di bawah ikat lipat paha. Darah yang mengalir dari pembuluh nadi paru ke salam jaringan paru-paru meninggalkan paru-paru ini melalui pembuluh balik paru-paru kanan dan kiri biasanya berpasangan, baik disebelah kanan maupun kiri. Di dekat jantung batang nadi atau aorta berjalan sebagai lengkung batang nadi, melengkung ke arah kiri-belakang seraya melangkahi pembuluh nadi paru-paru kanan, kemudian aorta ini berjalan ke bawah di depan tulang belakang. Lengkung batang nadi melepaskan 3 cabang yang mengalirkan darah ke kepala, ke leher dan ke anggota gerak atas. 1) batang brakiosefal yang segera bercabang menjadi nadi bawah selangka kanan dan nadi karotis bersama kanan. 2) nadi karotis bersama kiri, dan 3) nadi bawah selangka kiri. Jika sel-sel darah ini menyentuh permukaan pembuluh yang rusak maka sel-sel tersebut akan membengkak dan menjadi lengket melekat satu sama lain dan pada dinding pembuluh darah (Dadang, 2001).
Darah merupakan bagian penting pada systemtransportasi di dalam tubuh manusia. Darah adalahcairan yang bersirkulasi melewati jantung, pembuluharteri, vena dan kapiler. Darah membawa nutrisi,elektrolit, hormon, vitamin, antibody, serta oksigenuntuk jaringan tubuh dan membawa sisa yang tidakberguna dan karbon dioksida (CO2) ke organ-organpembuangan.Pada dunia kedokteran,golongan darah manusia dibagi 4, yaitu:A, B, ABdan 0. dengan demikian dalam pemeriksaan darahjuga dilakukan pengujian untuk menentukangolongan darah ( Andiani, 2011).
Menurut Sasmita (2008), darah merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan kita. Dan darah di tubuh kita di pompa oleh jantung melalui jaringan arteri dan vena. Darah adalah semacam cairan yang melakukan sirkulasi ke seluruh tubuh. Darah terdiri dari berbagai jenis sel, yaitu:
1.      Sel darah merah (erytrosit) yang membawa gas pernapasan dan berwarna merah karena adanya hemoglobin.
2.      Sel darah putih  (leukosit) yang memerangi penyakit.
3.      Keping darah (trombosit) yang sangat berperan penting dalam pembekuan darah.
Manusia mempunyai golongan darah yang disebut herediter (keturunan) yang ditentukan oleh alel ganda. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mangakibatkan pengumpulan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi orang menjadi 3 golongan, ialah A, B dan O. Golangan darah yang ke empat jarang sekali dijumpai, yaitu golongan darah AB dalam tahun 1902       (Suryo, 1992).
Untuk mendapatkan kecermatan dalam melakukan transfuse darah kepada para resipient diperlukan adanya kecocokan darah Antara donor yang bertindak sebagai penyumbang darah. Transfuse darah dari golongan yang tidak kompatibrl dapat menyebabkan reaksi transfuse imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Selain kecocokan golongan darah, kondisi darah yang didonorkan haruslah sehat. Dalam hal ini tidak boleh mengandung kadar glukosa yang (positif db) dan harus bebas dari penyakit lainnya. Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energy untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari 4-8mmol/l (70-150 mg/dl) (Taiyeb, 2016).
Golongan darah AB adalah resipien umum, golongan darah A dapat menerima dari golongan A dan O, golongan B dapat menerima dari golongan B dan O, dan golongan O dari O. sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Mereka juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan diit seimbang yang berisi zat besi. Sel darah putih rupanya bening dan tak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah (Soewolo, 2008).
Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Meskipun disebut "gula darah", selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin (John, 2012).
Kadar gula darah di luar rentang normal dapat menjadi indikator kondisi medis. Tingkat tinggi terus-menerus disebut sebagai hiperglikemia; tingkat yang rendah disebut sebagai hipoglikemia. Diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia persisten dari slah satu beberapa penyebab, dan merupakan penyakit paling menonjol terkait dengan keagalan regulasi gula darah. Tingkat gula darah tinggi sementara mungkin jyga akibat dari stres yang parah, seperti trauma, stroke, infark miokard, pembedahan atau penyakit. Asupan alkohol menyebabkan lonjakan awal dalam gula darah, dan kemudian cenderung menyebabkan tingkat jatuh, obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar glukosa (Niwana, 2011).
Pengujian darah secara manual umumnya dilakukandengan metode ABO. Pada metode ABO digunakansuatu antisera, yaitu antisera A dan antisera B. Sampledarah yang diletakan di atas kaca preparat ditetesiantisera dengan perbandingan darah dan antisera 1: 2,lalu akan terjadi penggumpalan. Untuk hasilpembacaan yang lebih akurat dapat digunakanmikroskop dalam mengamati aglutinasi yang terjadi.Karena setiap golongan darah mempunyai suatu zatanti tertentu. Seperti pada golongan darah Amempunyai anti B, jika golongan darah A diberikanantisera A maka darah tersebut akan menggumpal,sedangkan untuk darah golongan B mempunyai anti A.darah golongan AB mempunyai anti A dan anti B dangolongan darah O tidak mempunyai zat anti ( Azhar, 2014).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.      Waktu dan tempat
Hari/tanggal    : Kamis / 2 Juni  2016
Waktu             : Pukul 16.00 s.d 18.00 WITA
Tempat            : Laboratorium Biologi FMIPA UNM  lantai III Bagian Barat.
B.       Alat dan Bahan
1.      Uji golongan darah
a.       Alat :
1)      Spidol atau pensil
2)      Gelas objek
b.      Bahan :
1)      Darah probandus
2)      Anti serum A
3)      Anti serum B
2.      Uji glukosa darah
a.       Alat :
1)      Glukometer
b.      Bahan :
1)      Alkohol
2)      Blood lancet
3)      Darah probandus
C.    Langkah Kerja
1.      Uji golongan darah
a.       Menandai dengan spidol atau pensil pada gelas objek daerah A dan B
b.      Meneteskan pada daerah tersebut satu tetes darah probandus
c.       Meneteskan pada daerah yang bertanda A satu tetes anti serum A dan pada daerah B antiserum B dan mengaduk
d.      Mengaduk campuran pada poin c dan mengamati terbentuknya aglutinasi.
2.      Uji glukosa darah
a.       Mencocokkan strip yang digunakan dengan alat pengukur gula darah
b.      Membersihkan ujung jari yang digunakan dengan alcohol, kemudian menusuk ujung jari dengan blood lancet. Lalu meneteskan satu tetes darah di atas strip
c.       Membaca kadar gula yang tertera pada glukometer.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
                                                                                             
A.      Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan Golongan Darah
No.
NIM
Nama
Golongan Darah
1
1314040001
Nurul Rezky
AB
2
1314040002
Sri Syahriati Nur
A
3
1314040003
Nurul Khalifah Al Hasyir
A
4
1314040004
Nurhuda
O
5
1314040005
Nur Fajrianti
A
6
1314040006
Andi Rhoiha Dzakiah
O
7
1314040007
Nurul Ilmi R.H
B
8
1314040008
Ahmad Jihadi
O
9
1314040009
Windy Widyastuty
A
10
1314040010
Demmanyai
A
11
1314040011
Nurul Fajriani Usman
B
12
1314040012
Nursalwa
O
13
1314040013
Herni
B
14
1314040014
Intan Purwanti
B
15
1314040015
Marina
A
16
1314040017
Rabiatul Adawiyah
A
17
1314040018
Dhia Fajrianti Sigarra
A
18
1314040020
Ayu Rosyita
O
19
1314040021
Angelina A. Marin
O
20
1314040022
Elsa Rosyana Sorry
A
21
1314041001
Muh. Adi Gunadi Wahab
O
22
1314041002
Ogy Pratama
O
23
1314041003
Nur Aisyah Sahar
B
24
1314041004
Iksan Arisandi
A
25
1314041005
Nur Azizah M
B
26
1314041006
Nurul Fajri
A
27
1314041007
Hairul Rachman
 AB
28
1314041010
Supriadi
A
29
1314041011
Nurul Auliyah M
O
30
1314041013
Anita Sultan
O
31
1314041015
Surya Ningsih
A
32
1314041016
Andi Nurfadilah
O
33
1314041017
Indra Pratama Ali Aman
O
34
1314041018
Apriliyani
A
35
1314041019
Rusnita Ruslang
A
36
1314041020
Nur Alvia
A
37
1314042001
Nurvaradillah
A
38
1314042002
Husnil Awaliyah
A
39
1314042003
Sri Ulfa Timahasana
A
40
1314042005
Vera Anggriani
O
41
1314042006
Athifatul Mutmainnah
O
42
1314042007
Widya Setyani Parenga
A
43
1314042008
Wahyuddin
A
44
1314042009
Dwi Sinta Anugrahaeni
O
45
1314042011
Mauliani
A
46
1314042012
Fitriani
AB
47
1314042013
Nur Ainun Azizah
AB
48
1314042014
Ahsanul Qadri Pebrianto
B
49
1314042015
Yuliana Auliyah Askar
B

Hasil Pengamatan Kadar Glukosa Darah
Nama
Jenis Kelamin
Tinggi Badan
Berat Badan
Golongan Darah
Kadar Glukosa
Muh.Agung Ghifari
Laki-Laki
164 cm
55 kg
O
91 mg/dl
Khairul Rachman
Laki-Laki
163 cm
67 kg
AB
59 mg/dl
Muh. Adi Gunadi
Laki-Laki
164 cm
47 kg
O
60 mg/dl
Nurul Auliyah
Perempuan
162 cm
75 kg
O
108 mg/dl
Nur Aisyah sahar
Perempuan
154 cm
47 kg
B
69    mg/dl


B.      Pembahasan
Darah merupakan komponen yang sangat penting dalam tubuh manusia, mengapa demikian, dilihat dari segi fungsi dan urgennya dalam tubuh manusia. Dalam dunia kesehatan khususnya dalam pelayanan di dalam rumah sakit, ketersedian darah merupakan hal yang sagat penting untuk tetap dijaga, mengapa demikian, apabila terjadi kecelakaan yang menyebabkan terjadinya luka dan kehilngan darah, tentunya diperlukan ketersediaan darah dengan jangka waktu penanganan sesegera mungkin. Mengapa demikian, karena apabila seseorang kehilangan banyak darah dalam jang waktu yang  lama dapat menyebabkan kematian bagi diri seseorang.
Secara umum hewan vertebrata memiliki darah dengan warna merah gelap, dengan bentuk cair dan agak kental. darah juga memiliki jenis atau golongan yang berbeda. Tidak serta-merta darah itu sama walaupun sama warnanya, sama kekentalannya, sama baunya, namun darah memiliki golongan teersendiri yaitu A, B, AB dan O. banyaknya jenis darah ini, menjadikan harus adanya ketelitian pada setiap penggunaan darah. Mengapa demikian karena seperti yang di ilustrasikan sebelumnya terkait proses transfuse darah, tidak serta merta orang dapat memberi dan menerima darah, mengapa karena setiap golongan darah memiliki syarat dan ketentuan tersendiri dalam menerima, misalnya golongan darah AB dapat menerima darah A dan B serta sifat-sifat yang lainnya.
Praktikum kali ini, dilakukan penentuan golongan darah dan kadar glukosa darah. Penentuan gologan darah dilakukan dengan pemberian antigen A da B pada sampel darah dengan ketentuan sebagai berikut.
1.      Darah diberi antigen A hasilnya menggumpal, sedangkan diberi antigen B hasilnya tidak mengumpal, maka termasuk golongan darah A.
2.      Darah diberi antigen A hasilnya tidak menggumpal, sedangkan diberi antigen B hasilnya mengumpal, maka termasuk golongan darah B.
3.      Darah diberi antigen A hasilnya menggumpal, sedangkan diberi antigen B hasilnya mengumpal, maka termasuk golongan darah AB.
4.      Darah diberi antigen A hasilnya tidak menggumpal, sedangkan diberi antigen B hasilnya tidak mengumpal, maka termasuk golongan darah 0
Berdasarkan hasil analisis data maka diketahui probandus dengan golongan darah A yaitu 44.90%, golongan darah B yaitu 16.33%, golongan darah O yaitu 30.61% dan golongan darah AB yaitu 8.16%. Golongan darah yang paling dominan adalah golongan darah A sebesar 44.90%, sedangkan yang paling kecil adalah golongan darah AB sebesar 8.16%. Berdasarkan hasil pengamatan, probandus yang memiliki kandungan glukosa paling tinggi adalah Nurul Auliyah sebesar 108 mg/dl dan yang paling rendah adalah Khairul Rahman sebesar 59 mg/dl. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 mL darah.


BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka diketahui probandus dengan golongan darah A yaitu 44.90%, golongan darah B yaitu 16.33%, golongan darah O yaitu 30.61% dan golongan darah AB yaitu 8.16%. Golongan darah yang paling dominan adalah golongan darah A sebesar 44.90%, sedangkan yang paling kecil adalah golongan darah AB sebesar 8.16%. Berdasarkan hasil pengamatan, probandus yang memiliki kandungan glukosa paling tinggi adalah Nurul Auliyah sebesar 108 mg/dl dan yang paling rendah adalah Khairul Rahman sebesar 59 mg/dl.
B.       Saran
Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung, asisten juga menggunakan baju laboratorium karena asisten adalah panutan praktikan, juga memberikan penjelasan tentang kegiatan yang dipraktikumkan. Praktikan perlu memperhatikan penyampaian yang diberikan oleh asisten.


DAFTAR PUSTAKA
Andini, naniek. 2011. Alat Pendeteksi Golongan Darah Manusia BerbasisMikrokontroler 89s51. Fakultas Teknik Universitas Pancasila Jakarta. Jurnal SNATIKA Vol 1 No 1.

Azhar, nugraha F. 2014. Alat Pembaca Golongan Darah dan Rhesus. Teknik Elektrinika Politeknik Caltex Riau. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer Vol 2 No 1.

Dadang, 2001. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan. Bandung : Jurusan Pendididkan Biologi FMIPA Universitas Pendidikan Islam.

John W.. 2012. Gula Darah. http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_darah. Diakses pada Rabu 8 Juni 2016.

Niwana. 2011. Gula Darah. http://niwanasod.net/gula-darah/. Diakses pada Rabu 8 Juni 2016.

Sasmita, chandra. 2008. Pengenalan Golongan Darah Jenis ABO dengan Mempergunakan Pemodelan Hidden Markov. Fakultas Teknik Universitas Indonesia: Depok.

Soewolo, Suripto. 2008. Petunjuk Fisiologi Manusia. Malang : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

Suryo. 1992. Genetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Taiyeb, A. Mushawwir dkk. 2016. Penuntun Anatomi dan Fisiologi Manusia. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.



sumber
http://kotakmipa.blogspot.com/2017/01/laporan-anfisman-penentuan-golongan.html

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA Analisis Pedigree

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA "Analisis Pedigree"

LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA



PERCOBAAN II
ANALISIS PEDIGREE


                                    NAMA                       : BESSE HASRIANTI
                                    NIM                            : H041181311
                                    HARI/ TANGGAL   : RABU / 6 MARET 2019
                                    KELOMPOK            : III (TIGA)
                                    ASISTEN                   : NURHIKMAH



LABORATORIUM GENETIKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Mempelajari genetika bukan merupakan hal yang mudah, karena meskipun manusia diseluruh muka bumi sangat banyak, namun jumlah anggota tiap keluarga umumnya sedikit. Selain itu jangka waktu antara generasi cukup lama dan adanya factor agama, moral, kode etik yang tidak memungkinkan untuk membuat suatu persilangan atau perkawinan yang dikontrol seperti yang dilakukan Mendel pada kacang ercis (Agus, 2019).
            Pewarisan sifat keturunan yang terdapat di dalam suatu keluarga dapat diikuti untuk beberapa generasi, maka perlu sekali dibuat suatu diagram silsilah (pedigree chart) dari keluarga itu. Diagram silsilah yang pertama-tama dikenal terbuat dari tanah liat, ditemukan di Iran dan diduga berasal dari tahun 3100 sebelum masehi. Beberapa analisa tentang diagram silsilah pada manusia telah dimulai pada akhir abad ke-19 oleh Francis Galton (Suryo, 2011).
            Bila kita dapat menunggu generasi-generasi berikutnya untuk mempelajari suatu sifat menurun pada manusia, maka kita harus melihat ke belakang, pada generasi sebelumnya, yaitu dengan jalan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang sifat tersebut pada seluruh anggota keluarga, baik yang masih hidup maupun yang sudah eninggal, kemudia menggambarkannya dalam suatu silsilah keluarga pedigree. Kebanyakan analisis pedigree digunakan untuk mempelajari karakter yang ditentukan oleh sepasang gen. melalui analisis pedigree kita dapat menetukan pola penurunan suatu sifat (Agus, 2019).
            Berdasarkan hal diatas maka dilakukanlah percobaan untuk menganalisis silsilah keluarga karakter menggulung lidah dan mencoba untuk mengetahui genotip diri sendiri untuk masing-masing karakter.
I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menganalisis silsilah keluarga karakter menggulung lidah dan mencoba untuk mengetahui genotip diri sendiri untuk masing-masing karakter.
I.3 Waktu Percobaan
             Percobaan ini dilaksanakan hari Rabu, 06 Maret 2019 pukul 14.00-17.00 WITA. Percobaan ini bertempat di Laboratorium Genetika, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Analisi Pedigree
            Prinsip tentang pewarisan sifat pertama kali dikemukan oleh Gregor Mendel, dikatakan bahwa gen dari anak merupakan perpaduan (persilangan) dari gen-gen dari kedua orang tuanya. Beberapa jenis penyakit atau kelainan akan menunjukkan adanya kejadian berulang yang dialami oleh lebih dari satu orang yang memiliki hubungan saudara satu sama lain. Berdasarkan pola yang ditunjukkan dari catatan silsilah keluarga (family tree, Pedigree), kita dapat memperkirakan sifat suatu penyakit, apakah penyakit tersebut bersifat diturunkan dari orang tua atau tidak. Dari pola yang tampak pada  bagan riwayat keluarga pedigree dapat kita ketahui mekanisme penurunan suatu penyakit (Perkasa, 2012).
            Dalam mempelajari suatu karakter pada manusia, kita tidak dapat membuat suatu uji perkawinan, dan kita tidak dapat menghasilkan generasi F1, F2 dan seterusnya dari orang tua yang diketahui secara pasti bergenotip homozigot untuk mempelajari pola pewarisan karakter menurun (Arsal, 2012).
Sebuah pedigree merupakan diagram yang mengandung semua hubungan kekerabatan yang diketahui, baik dari generasi sekarang maupun generasi terdahulu dan memuat data-data tentang sifat atau keadaan yang akan dipelajari. Individu yang ada kelainan herediter menjadi sumber informasi bagi penyusunan sebuah pedigree disebut probandus atau propositus. Prosedur umum yang dilakukan dalam menganalisa pedigree adalah meneliti setiap generasi dari keluarga yang sedang dipelajari. Mulai dari generasi tertua sampai generasi terakhir kemudian menguji pola transmisi herediter. Transmisi herediter cocok untuk sifat yang sedang diteliti tersebut. Bersifat dominankah atau resesif atau terkait sex (Arsal, 2012).
Melalui daftar silsilah keluarga akan diperoleh dugaan yang baik dan pasti bahwa sifat tersebut adalah dipengaruhi oleh faktor keturunan, untuk itu dilakukanlah penelitian analisis pedigree atau silsilah keluarga  sifat cadel dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari keluarga yang memenuhi kriteria dan disusun   dalam bentuk silsilah keluarga. Penelitian ini bertujuan menganalisa silsilah keluarga cadel untuk menentukan sifat cadel yang disebabkan oleh pengaruh herediter dan untuk menentukan pola pewarisan cadel (Arsal, 2012).
Selain karena bertentangan dengan nilai keagamaan, moral dan etika juga karena daur generasi yang lama dan jumlah keturunan relatif sedikit. Salah satu cara yang dipakai untuk mempelajari karakter (sifat) menurun pada manusia adalah dengan membuat suatu daftar silsilah keluarga pedigree yang menyangkut sebanyak mungkin generasi dan memperlihatkan individu yang normal maupun yang menampakkan sifat yang hendak diteliti. Seorang ahli genetika adalah manusia biasa yang memiliki jangka waktu tertentu untuk hidup sehingga sangat tidak praktis untuk menunggu sampai tiga generasi atau lebih untuk mempelajari sifat menurun tertentu. Bila kita tidak dapat menunggu untuk melihat generasi selanjutnya dengan jalan mengumpulkan informasi tentang seluruh anggota keluarga yang masih hidup dan mendapatkan sebanyak mungkin informasi tentang generasi terdahulu. Kemudian menggambarkannya dalam suatu bagan atau silsilah keluarga, hal ini disebut analisa pedigree. Dengan semakin banyaknya informasi yang diperoleh dan  dengan melakukan lebih banyak pemeriksaan akan lebih memungkinkan untuk membuat kesimpulan tentang mekanisme pewarisan gen atau gen-gen yang sesuai dengan sifat yang sedang dipelajari (Arsal, 2012).
II.2 Pewarisan Sifat Autosomal
            Yang dimaksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada yang resesip. Oleh, karena laki-laki dan perempuan mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan (Suryo, 2011).
II.2.1 Dominan
               Sifat dan ciri khas tersendiri atau unik dari setiap makhluk hidup didapat dari parental yang mengikuti pola penurunan tertentu (Ramandhani, 2013). Sifat-sifat manusia yang terkait autosom dapat disebabkan oleh gen dominan ataupun resesif. Menurut Arsal (2012), penurunan yang ditentukan oleh gen resesif ditandai dengan adanya pelompatan generasi dalam munculnya suatu karakter pada individu, sedangkan gen dominan ditandai dengan penurunan secara berkesinambungan atau tidak terjadinya pelompatan generasi dalam pemunculannya. Sifat atau ciri genetik autosomal dapat bervariasi antar etnis khususnya di Indonesia yang memiliki berbagai macam etnis, budaya, adat-istiadat dan juga bahasa  (Mirayanti, 2017).
            Hadirnya sebuah gen dominan di dalam genotip seseorang sudah menyebabkan sifat itu tak padanya. Polidaktili adalah suatu variasi yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P, sehingga orang mempunyai tambahan jari pada satu atau dua tangan dana tau kakinya (Suryo, 2011).













Gambar 2.1 Silsilah Keluarga Polidaktili (Suryo, 2011)
            Sebuah contoh dari bentuk diagram silsilah suatu keluarga yang memiliki jari lebih dari satu tangan dapat diikuti pada gambar diatas. Dapat dilihat bahwa kelainan polidaktili baru akan muncul bila paling sedikit salahs eorang dari orang tuanya memiliki variasi itu. Menarik perhatian pula bahwa jumlah keturunan yang memiliki variasi itu kira-kira sama untuk kedua macam seks (Suryo, 2011).
            Orang normal adalah homozigotik resesipmpp. Pada individu heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda, sehingga lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seseorang laki-laki polodaktili heterozigot menikah dengan orang perempuan normal, maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili ialah 50% (Suryo, 2011).
            Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian frekuensi variasi alel penentu ciri-ciri wajah dan cuping. Berdasarkan ada atau tidaknya sifat cuping melekat, alis menyambung, lesung pipi dan lidah menggulung yang diwariskan secara autosom pada masyarakat desa (Mirayanti, 2017).
            Penggulungan dan pelipatan lidah pada manusia telah menarik minat banyak peneliti karena kekhasan mereka. Beberapa orang bias menggulung lidahnya sementara yang lain tidak bisa. Demikian pula beberapa orang dapat melipat lidah mereka sementara yang lain tidak bias. Hsu menggambarkan kemampuan untuk melipat ujung lidah sebagi resesif. Liu dan Hsu menunjukkan kemandirian penggulungan dan pelipat lidah . namun ada laporan yang saling bertentangan mengenai dua sifat ini. Beberapa peneliti berpandangan bahwa sifat-sifat ini lebih dari sekadar mirip (Igbeneghu, 2015).
II.2.2 Resesif
            Suatu sifat keturunan yang ditentukan oleh sebuah gen resesip pada autosom baru akan tampak apabila suatu individu menerima gen itu dari kedua orang tuanya. Biasannya kedua orang tua itu Nampak normal, meskipun mereka itu sebenarnya pembawa (“carrier”) gen resesip yang dimaksud, berarti bahwa mereka itu masing-masing heterozigotik. Untuk suatu sifat yang ditentukan oleh sebuah gen resesip, lebih banyak orang yang heterozigotik dalam populasi dibandingkan bila sifat itu ditentukan oleh sebuah gen dominan  (Suryo, 2011).












         

Gambar 2.2 Cara Gen Resesip Autosomal Diwariskan (Suryo, 2011)
Cara gen resesip autosomal diwariskan. Tampak bahwa sifat keturunan itu hanya mempunyai kecil sekali akan timbul dalam keturunan. Kecuali itu akan terdapat lebih banyak individu yang heterozigotik dalam populasi bila dibandingkan dengan pewarisan oleh gen dominan  (Suryo, 2011).
Inbreeding merupakan sistem persilangan antara dua individu yang memiliki hubungan genetik yang lebih dekat dibandingkan rataan hubungan genetik dalam satu populasi (Akhtar et al., 2000).  Koefisien inbreeding bernilai 0 sampai 1, semakin mendekati angka 1 maka keseragaman genetik dalam suatu populasi akan semakin tinggi. Dengan demikian akan muncul autozigositas (Sausa et al., 2000). Autozigositas merupakan suatu peningkatan kemungkinan munculnya gen resesif pada pasangan alel yang heterozigot. Alel heterzigot terdapat satu gen yang berfungsi secara normal dan satu gen yang mengalami mutasi (tidak normal). Pada homozigot resesif kedua alel tidak berfungsi secara normal (abnormal) sehingga akan timbul suatu kelainan atau penyakit (Solomon et al., 2008). Nilai koefisien inbreeding (nilai F) hanya memperkirakan tentang kenaikan homogenitas gen akibat perkawinan sedarah yang mana lokus tersebut identik atau sama dengan leluhurnya (Daryono, 2016).
            Dari analisis pedigree diatas didapatkan bahwa kemungkinan terbesar pola pewarisan gangguan pendengaran dan ketulian adalah secara autosomal dominan dan autosomal resesif, sehingga diperlukan suatu analisis lanjutan dengan uji statistik chi-square test goodness of fit. Uji statistik chi-square test goodness of fit dilakukan pada generasi III dengan beberapa asumsi bahwa: 1. Kejadian suatu gangguan pendengaran dan gangguan ketulian pada penduduk dusun di suatu daerah terkait dengan umur; 2. Perkawinan pada penduduk dusun di suatu daerah terjadi secara bebas; Sebaran sesuai teori autosomal dominan pada perkawinan bebas adalah 50 : 50; 3. Sebarannya  berdasarkan dengan teori autosomal resesif pada perkawinan bebas adalah 75 : 25 (Perkasa, 2012).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
            Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat tulis menulis
III.1.2 Bahan
            Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah lidah kepunyaan sendiri dan data keluarga.
III.2 Cara Kerja
            Cara kerja pada percobaan ini adalah:
1.      Digulung lidah sendiri dan dicatat hasilnya.
2.      Dilipat lidah sendiri dan dicatat hasilnya.
3.      Dilakukan kedua hal di atas pada seluruh keluarga anda, dan dibuat silsilah keluarga anda.
4.      Ditentukan pola penurunan masing-masing karakter.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1  Cakram Genetik

























IV.1.2 Data Kelas
No
Nama
Nomor Indeks
1
Afrilya Indrianti
102
2
Andi Maipadiapati
112
3
Andi Nur Annisyah Ramadhani
70
4
Andi Nurhiqmah Dewi
125
5
Andi Saripada Ardillah
56
6
Besse Hasrianti
78
7
Dedeng Wahyudi
109
8
Dian Islamiah
97
9
Ety Yuniarti Minanga
94
10
Fahdil Ryan Trianggara
109
11
Fatimah Tussahra
22
12
Jumariah
101
13
Karlinda
95
14
Khaeriah
125
15
Khaerunnisa
105
16
Magfira
49
17
Mega Karunia Sari
112
18
Mifdhayani Maryam
75
19
Muhammad Usdar
8
20
Mutia Putri Jamaluddin
102
21
Nur Afifah Zhafirah
152
22
Nur Amalia
102
23
Nurul Aulya Dhiensny
103
24
Nurul Haliza Fidauziah
112
25
Nurrasmiansi
56
26
Sabaria
72
27
Shamad
111
28
Shofwan Al Faqih
109
29
Winda Ainun Inayah
117

IV.1.3 Melipat Lidah
                                             Oval: Text Box:  


                                       Aa                            aa









Oval:
Oval:







Text Box:





 Aa                  aa               aa                aa
Katerangan :



= Laki-laki normal
Oval:                      
= Perempuan normal            



                        = Laki-laki dengan lidah melipat                  


Oval:
= Perempuan dengan lidah melipat
IV.1.3  Menggulung Lidah
                                             Oval: Text Box:  


                                       Aa                            aa









Oval:
Oval:







Text Box:





 Aa                  aa               aa                aa
Katerangan :



= Laki-laki normal
Oval:                      
= Perempuan normal            

                        = Laki-laki dengan lidah melipat
                     
Oval: = Perempuan dengan lidah melipat


IV.2  Pembahasan
Percobaan yang dilakukan membahas tentang Analisis pedigree yang berkaitan dengan melipat dan menggulung lidah. Analisis silsilah (pedigree) dalam suatu keluarga adalah cara mengumpulkan informasi tentang sejarah sifat tertentu dalam suatu keluarga dan menyusun informasi tersebut menjadi pohon keluarga yang mendeskripsikan sifat-sifat orangtua dan anak pada beberapa generasi. Salah satu manfaat mempelajari analisis pedigree adalah memperbaiki keturunan seseorang.
Variasi genetik manusia merupakan keragaman gen yang menunjukkan jumlah total dari karakteristik gen yang diamati  paada manusia. Setiap manusia memiliki gen yang berbeda-beda. Tidak akan ada dua orang manusia yang secara genetik sama meskipun mereka kembar identik atau kembar monozigot. Adanya perbedaan gen tersebut terjadi baik pada tingkat spesies maupun tingkat populasi. Perbedaan gen pada tingkat spesies dapat terlihat dari adanya variasi fenotip pada setiap individu. Dengan bantuan cakram genetika, maka dapat melihat adanya keragaman gen manusia melalui tampilan fenotipnya.
Berdasarkan hasil pengamatan sendiri, diperoleh angka 112 dengan fenotip diri sendiri yaitu berambut lurus, kisaran rambut ke kanan, tidak mempunyai lesung pipi, kuping melekat, lidah tidak dapat melipat dan bergolongan darah O. Oleh karena itu, fenotip diri sendiri berdasarkan diagram genetik berada pada diagram ke empat mulai dari angka 57-128.
Berdasarkan hasil pengamatan data kelas, terdapat lima kombinasi warna yang menunjukkan adanya kesamaan fenotip pada setiap mahasiswa. Persamaan fenotip terbanyak terdapat pada diagram keempat dengan kisaran angka 57-128 dan pada diagram kedua hanya terdapat satu persamaan fenotip dengan kisaran angka   38-56. Adapun persamaan fenotip mahasiswa yang berada pada digram kedua dengan kode warna merah atas nama  Andi Saripada Ardilla dan Nurrasmiansi dengan perolehan angka 56 yaitu berambut keriting, kisaran rambut kekanan, mempunyai lesung pipi, kuping  bebas, lidah tidak melipat, dan bergolongan darah O. Sedangkan pada diagram keempat mempunyai empat persamaan fenotip dengan angka yang berbeda-beda dan kode warna yang berbeda pula. Pada kode warna Orange atas nama Afrilya Indriyanti, Mutia Putri Jamaludin dan Nur Amalia dengan perolehan angka 102 yaitu berambut lurus, kisaran rambut kekanan, tidak mempuyai lesung pipit, kuping bebas, lidah tidak melipat dan bergolongan darah B. Pada kode warna hijau, atas nama Dedeng Wahyudi, Fahdil Ryan Trianggara dan Shofwan Al Faqih dengan perolehan angka 109 yaitu berambut lurus, kisaran rambut kekanan, tidak berlesung pipi, kuping melekat, lidah tidak melipat dan bergolongan darah A. Pada kode warna kuning atas nama Mega karunia sari (diri saya sendiri), Andi Maipadiapati dan Nur Haliza Firdauziah dengan perolehan angka 112 yaitu berambut lurus, kisaran rambut kekanan, tidak mempunyai lesung pipi, kuping melekat, lidah tidak dapat melipat dan bergolongan darah O. Pada kode warna biru atas nama Andi Nurhiqmah Dewi dan Khaeriah dengan perolehan angka 125 yaitu berambut lurus, kisaran rambut kekanan, mempunyai lesung pipi, kuping melekat, lidah tidak melipat dan bergolongan darah A.
Kemampuan menggulung dan melipat lidah merupakan salah satu contoh pewarisan gen autosomal dominan, keduanya memiliki sifat yang menunjukkan dominansi. Kemampuan menggulung lidah menjadi dominan seperti kemampuan melipat lidah. Oleh karena itu, variasi keduanya diekspresikan dengan ciri-ciri dari satu populasi ke populasi yang lain yang menunjukkan fakta bahwa keduanya dipengaruhi oleh genetika, lingkungan dan gen pengubah lainnya, sehingga mempengaruhi fenotipe dari ekspresi genotipe yang sebenarnya.
Data pewarisan sifat dengan menggunakan diagram pohon atau diagram silsilah pada tiga generasi dapat diketahui fenotip menggulung dan melipat lidah. Diagram silsilah keluarga sendiri menunjukkan bahwa terdapat ayah yang normal tetapi memiliki alel yang heterozigot dan ibu yang normal homozigot menghasilkan keturunan empat orang anak dengan satu anak perempuanyang mempunyai variasi menggulug lidah (anak pertama ) , sedangkan anak yang lain tidak mempunyai variasi menggulung dan melipat lidah. Hal tersebut disebabkan karena sifat dominan karakter menggulung dan melipat lidah hanya terdapat pada satu individu saja yaitu dari seorang ayah yang bergenotip Aa ( untuk karakter menggulung lidah) dan Bb (untuk karakter melipat lidah) yang heterozigot dominan pada generasi pertama dan menikah dengan ibu yang bergenotip aa (untuk karakter menggulung lidah) dan bb (untuk karakter melipat lidah). Oleh karena itu, variasi keturunan yang dapat menggulung dan melipat lidah dengan sifat Aa (untuk karakter menggulung lidah  atau Bb (untuk karakter melipat lidah)  yang heterozigot dominan sedangkan untuk variasi keturunan yang tidak dapat menggulung dan melipat lidah mempunyai sifat aa (untuk karakter menggulung lidah)  atau bb (untuk karakter melipat lidah) yang homozigot resesif. Variasi keturunan pada generasi ketiga tidak memperlihatkan adanya karakter menggulung dan melipat lidah. Hal ini disebabkan karena sifat dari anak tersebut berasal dari pewarisan sifat ayahnya yang heterozigot dominan( Aa, untuk karakter menggulung lidah atau Bb, untuk karakter melipat lidah) dan pewarisan sifat dari ibunya yang juga heterozigot dominan.










DAFTAR PUSTAKA
Agus, R. 2019. Penuntun Praktikum Genetika. Laboratorium Genetika Departemen Biologi: Makassar.

Arsal, A., F. 2012. Analisis Pedigree Cadel(Studi Kasus Beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan). Jurnal Sainsmat. 1(2): 156-166.
Daryono, B.S., Miftahul M. 2016. Pola Pewarisan Kaki Rengket Secara Autosomal Resesif dan Koefisien Inbreeding pada Ayam Pelung di Cianjur. Jurnal Veteriner. 17(2): 218-225.
Igbeneghu C., Olukanni F., Olisekodiaka M. J., Akinola F.F.S., Adesina A. 2015. Association between Tongue Rolling and Tongue Folding in Osogbo, Southwestern Nigeria. Sch.  Acad. J. Biosci. 3(8): 676-678.
Mirayanti, Y.,  I K.,  J., Ida B., M., S. 2017. Frekuensi Gen Cuping Melekat, Alis Menyambung, Lesung Pipi Dan Lidah Menggulung Pada Masyarakat Desa Subaya, Kecamatan  Kintamani, Kabupaten Bangli. Jurnal Simbiosis. 5(1): 32-37.
Perkasa, M., F., Khaeruddin H., Abdul Q., P. 2012. Analisis Pedigree  Gangguan Pendengaran Dan Ketulian Pada Penduduk   Dusun Sepang, Desa Tenggelang, Kecamatan Luyo  Kabupaten Polewali Mandar  Sulawesi Barat. Orli. 42(1): 1-5.
Suryo. 2011. Genetika Manusia. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.


Posted 27th March by hasriantiBS
Location: Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10, Tamalanrea Indah, Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245, Indonesia
Labels: Tugas Kuliah



sumber
http://riantihaz.blogspot.com/2019/03/laporan-praktikum-geneteika-analisis.html

MAKALAH REPRODUKSI VERTEBRATA “KUDA (Equus caballus)”

MAKALAH REPRODUKSI VERTEBRATA “KUDA (Equus caballus)”




MAKALAH REPRODUKSI VERTEBRATA
“KUDA (Equus caballus)”


AHSANUL QADRI PEBRIANTO
1314042014
PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kuda merupakan hewan yang tersebar di seluruh dunia. Kuda telah disimpan dan diternak oleh manusia sejak lama. Pada mulanya, kuda hidup liar di alam, manusia mulai menjinakkan kuda karena dianggap sebagai aset penting yang dapat di manfaatkan oleh manusia seperti digunakan dalam peperangan, pertunjukan, sirkus, perlombaan bahkan tida sedikit di daerah tertentu kuda dijadikan sebagai makanan, misalnya disalah satu daerah di provinsi Sulawesi selatan yaitu kabupaten jeneponto yang menjadkan kuda sebagai bahan konsumsi utamanya ketika ada kegiatan perayaan.
Dewasa ini, terjadi penurunan jumlah kelahiran kuda dikarenakan masih kurangnya etmpat pembudidayaan kuda yang memenuhi standar, serta masih kuragnya pengetahuan para peternak kuda tentang siklus reproduksi kuda. Hal tesebut menyebabkan para peternak kuda tidak dapt menentukan masa kawin atau musim kawin yang tepat bagi kuda sehingga jumlah kelahiran kuda tidak mencapai titik optimal.
Karna hal tersebut maka perlu dipelajari tentang reproduksi pada kuda, selain sebagai tugas  mata kuliah reproduksi vertebrata, juga menjadi tambahan pengetahuan umum dalam memahami system reproduksi kuda.
B.     Rumusan Masalah
             1.      Bagaimana alat reproduksi kuda jantan dan betina?
             2.      Berapakah usia dewasa sexual pada kuda?
             3.      Bagaimana mekanisme reproduksi pada kuda?
             4.      Berapa jumlah volume sperma ejakulat pada kuda?
             5.      Berapa lama masa kehamilan pada kuda?
             6.      Kapan perkawinan ulang dapat dilakukan pada kuda?
             7.      Apakah teknologi yang dikembangkan pada system reproduksi kuda?
C.     Tujuan Penulisan
             1.      Untuk mengetahui alat reproduksi kuda jantan dan betina.
             2.      Untuk mengetahui usia dewasa sexual pada kuda.
             3.      Untuk mengetahui mekanisme reproduksi pada kuda.
             4.      Untuk mengetahui jumlah volume sperma ejakulat pada kuda.
             5.      Untuk mengetahui lama masa kehamilan pada kuda.
             6.      Untuk mengetahui masa perkawinan ulang dapat dilakukan pada kuda.
             7.      Untuk mengetahui teknologi yang dikembangkan pada system reproduksi kuda.




BAB II
PEMBAHASAN

Kuda merupakan salah satu jenis ternak herbivore-nn ruminansia yang telah terkenal luas. Kuda bersifat nomadic dan kuat serta memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan memiliki kemampuan belajar yang baik dalam  mengenal suatu obyek (Kilgour dan Dalton, 1984). Klasifikasi zoologis kuda adalah:
Kindom           : Animalia
Phylum            : Chordata
Class                : Mammalia
Ordo                : Perissodactyle
Family             : Equidae
Genus              : Equus
Species            : Equus caballus

A.    Alat Reproduksi kuda
             1.      Organ Reproduksi Kuda Betina
Organ reproduksi kuda betina terdiri atas ovarium berjumlah dua buah, begitupula dengan tuba fallopii berjumlah dua buah, uterus, vagina dan vulva. Berikut gambarnya.
a)      Ovarium
Ovarium adalah suatu organ primer reproduksi pada betina. Ovarium dapat bersifat endokrin atau sitogenik karena mempunyai kemampuan menghasilkan hormone yang akan disalurkan ke dalam peredaran darah, dan juga penghasil ovum (sel telur) yang diovulasikan oleh ovarium. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (Hafez, 2000).
b)      Tuba  Fallopii
Tuba  Fallopii  pada  kuda  terdapat  sepasang dengan panjang 25-30 cm, berhubungan langsung  dengan  cornua  uteri. Tuba  Fallopii  dapat dibedakan  menjadi  tiga  bagian,  yaitu  isthmus  yang paling dekat dengan cornua uteri berdiameter  2-5  mm,  ampula  yang  berdekatan  dengan  ovarium  berdiameter  5-10  mm  dan  infundibulum  yang berhubungan  langsung  dengan  ovarium.  Fertilisasi  terjadi  di  ampula,  yang memiliki daerah mukosa dengan permukaan  bersruktur  seperti  rambut  untuk  mentransportasikan  telur  yang  telah  dibuahi menuju  utero  tuba  junction  (Morel,  2002  dalam Jamalia, 2006).
c)      Uterus
Uterus kuda merupakan sruktur memanjang yang menghubungkan cervix dengan tuba  Fallopii.  Uterus  dibagi  menjadi  dua  bagian yaitu  bagian  badan  atau  corpus  dan  tanduk atau  cornua.  Corpus  uteri  pada  kuda  normal  panjangnya  18-20  cm  dan  diameter  8-12  cm.  Bagian cornua panjangnya 25 cm dengan diameter  4-6  cm  pada  pangkal  cornua  1-2  cm  pada saat mendekati tuba Fallopii. Ukuran uterus  dipengaruhi  oleh  usia  dan  seringnya  partus. Tipe uterus kuda disebut uterus simpleks  bipartitus  karena  ukuran  corpus  uteri  lebih besar  dari  cornua  uteri  dengan  perbandingan 60 : 40              (Morel, 2002 dalam Jamalia, 2006)
d)     Cervix
Cervix terletak di  belakang corpus uteri, berupa  dinding  yang  tebal,  dan  kuat.  Cervix berfungsi  mengisolasi  uterus  dari  lingkungan luar  selama  kebuntingan  dengan  membentuk barrier berupa mucus yang sangat kental. Pada stadium diestrus kuda dewasa yang tidak aktif, cervix berkontraksi sangat kuat, berwarna putih  dengan  panjang  6-8  cm  dan  diameter  4-5 cm,  sekresi  cervix  sedikit  dengan  konsistensi kental.  kondisi  otot  dan  ukuran  cervix  sangat  dipengaruhi  oleh  perubahan  homonal  (Morel, 2002 dalam Jamalia, 2006).
e)      Vagina
Vagina kuda mempunyai panjang 18-23 cm  dan  diameter  10-15  cm. Pada  bagian  dalam  tubuh  vagina  diselimuti  oleh  peritoneum dan  dikelilingi  jaringan  ikat  longgar,  lemak  dan buluh darah.  Vulva merupakan organ paling luar dalam saluran reproduksi. Bagian dalam  dilapisi  membran  mukous  dan  berhubungan dengan vagina. Bagian atas vulva (dorsal  comissure) berjarak 7 cm dari anus, sedangkan bagian bawah (ventral comissure) terdapat clitoris                        (Morel, 2002 dalam Jamalia, 2006).
             2.   Organ Reproduksi Kuda Jantan
Poros gerakan dan glans penis memperpanjang cranioventrally daerah umbilicus dari dinding perut. Tubuhnya berbentuk silinder tapi dikompresi lateral. Ketika diam,  penis secara perlahan termanpatkan, dan panjang sekitar 50 cm. 15-20 cm  terletak bebas dalam preputium. Ketika maksimal tegak, penis sampai tiga kali lebih panjang dari pada saat berada dalam keadaan diam. Bagian-bagian alat reproduksi kuda jantan yaitu:
            a. Penis
            b. Testis
            c. Ginjal
            d. Ureter
            e. Kandung kemih
            f. Duktus deferens
            g. Vesikula seminalis
            h. Kelenjar prostat
            i. Kelenjar cowper.

B.     Usia Dewasa Sexual kuda
Menurut Zasmeli Suhaemi (2008) dewasa kelamin ditandai dengan adanya birahi dan ovulasi. Pada hewan  dewasa  kelamin  lebih  didefinisikan  sebagai  umur.  Beberapa patokan umur dewasa kelamin ternak, antara lain:
a. pada domba  = 7 – 10 bulan
b. pada sapi eropah = 8 – 11 bulan
c. pada kuda  = 15 – 24 bulan
d. pada babi   = 4 - 7 bulan
Sistem  reproduksi  hewan  betina  yang  telah  mengalami dewasa  kelamin  biasanya  mengalami  perubahan-perubahan  secara  teratur  yang  disebut siklus birahi. Lamanya waktu siklus birahidimulai dari munculnya birahi pertama sampai munculnya birahi kembali pada periode berikutnya. Sedangkan  yang  dikatakan  birahi  adalah  saat  hewan  betina  bersedia  dikawini oleh hewan jantan. Dewasa kelamin juga dapat dipengaruhi oleh  kualitas makanan.
Umur ternak kuda pertama dikawinkan dalam  kisaran 24 sampai 48 bulan dengan rata-rata31,42 bulan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Blakely dan David (1991), yang  menyatakan bahwa kuda betina akan mencapai  pubertas atau dewasa kelamin pada umur 12 sampai dengan 15 bulan, akan tetapi sebaiknya kuda betina  tidak dikawinkan sebelum mencapai umur dua  tahun atau bahkan akan lebih baik setelah mencapai umur tiga tahun.
Seekor  kuda  betina  dara  akan  mencapai  pubertas  atau  masak  kelamin pada  umur  12  sampai  15  bulan.  Kuda  tidak  dikawinkan  sebelum  mencapai umur 2 tahun dan bahkan lebih baik lagi setelah berumur 3 tahun. Kuda betina bila dikawinkan pada umur yang lebih muda, biasanya tingkat kebuntingannya rendah.  Kuda  betina  dikawinkan  pada  umur  3  tahun  dan  kuda  itu  dirawat dengan  cermat  maka  selama  hidupnya  dapat  dihasilkan  10  sampai  12  ekor anak. Kuda betina  umur 20 tahun atau lebih  masih dapat beranak (Blakely dan Bade,  1995).  Pubertas  dapat  didefinisikan  sebagai  umur  atau  waktu  dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan  perkembangbiakkan dapat terjadi. Pubertas  tidak  menandakan  kapasitas  reproduksi  yang  normal  dan  sempurna. Hewan  betina  pubertas  dicerminkan  oleh  terjadinya  estrus  dan  ovulasi. Pubertas atau dewasa kelamin terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai, sehingga hewan  betina  muda  tersebut  menyediakan  makanan  untuk  pertumbuhan  dan perkembangan  tubuh  anaknya  dan  akan  menderita  lebih  banyak  stres  apabila dikawinkan  pada  tersebut  dibandingkan  dengan  hewan  betina  yang  sudah dewasa tubuh (Toilehere, 1995).
Menurut Bradley (1981) idealnya kuda  dikembangbiakkan mulai umur tiga tahun. Ditambahkan oleh Toelihere (1985) kuda betina sebaiknya  tidak  boleh  dikawinkan  sebelum  berumur  dua  tahun  atau  tiga  tahun. Menurut  Bradley (1981) idealnya kuda dikembangbiakkan  mulai  umur  tiga  tahun,  pada  saat  kondisinya  dalam  keadaan  bagus.  Jika  memelihara Brood  Mares   (anak-anak  kuda  betina)  tidak dikembangbiakkan  sampai  berumur  tiga  tahun.

C.     Mekanisme Reproduksi kuda
Kuda betina hanya mau dikawinkan bila kondisi subur dan untuk mengetahui subur tidaknya, ditempatkan berdekatan dengan kuda jantan. Perkawinan yang paling mudah adalah dipadang penggembalaan, apabila tidak menghindar sewaktu dinaiki kuda jantan, kemungkinan besar memang sedang dalam keadaan subur (birahi), terkadang adapula kuda betina yang "pura-pura" birahi, diam saja sewaktu dinaiki oleh pejantan, tetapi dalam kenyataanya setelah diperiksa kebuntingannya tidak diketahui tanda-tanda bunting    (Jacoeb, 1994).
Hewan-hewan  betina  beberapa  spesies  memperlihatkan  siklus reproduksi  yang  terus-menerus  sepanjang  tahun  apabila  tidak  terjadi  kebuntingan.  Hewan-hewan  betina  pada  spesies  lain,  kejadian  siklus  birahi yang  berturut-turut,  pada  betina  tidak  bunting  hanya  terbatas  pada  musim tertentu  dalam  1  tahun,  yang  disebut  "musim  kawin"  atau  breeding  season.  Fungsi-fungsi  reproduksi  selama  musim  kawin  adalah  sama  dengan  hewanhewan betina yang tidak kawin bermusim. Sebelum dan sesudah musim kawin, saluran  reproduksi  dan  ovaria  pada  betina  berada  dalam  suatu  keadaan  yang relatif tenang atau inaktif, keadaan ini disebut anestrus (Toelihere, 1995).
Siklus estrus merupakan periode antara ovulasi yang berurutan dengan
kisaran waktu antara 10 sampai 37 hari, rata-rata 21 sampai 22 hari. Hal  yang
membedakan pada siklus estrus kuda adalah saat  estrus itu sendiri yang relatif
lama (Blakely dan Bade, 1995).
Proestrus  adalah  fase  sebelum  estrus,  yaitu  periode  dimana  folikel  de Graaf  bertumbuh  dibawah  pengaruh  Folikel  Stimulating  Hormon  (FSH)  dan menghasilkan sejumlah  estradiol  yang semakin  bertambah. Sistem reproduksi memulai  persiapan  untuk  melepaskan  ovum  dari  ovarium.  Akhir  proestrus terlihat mukus yang terang, transparan dan menggantung. Proestrus pada kuda  berlangsung selama 3 hari (Toelihere, 1995).
Estrus adalah periode yang  ditandai oleh keinginan untuk dikawini atau
penerimaan pejantan oleh hewan betina. Selama periode ini umumnya hewan
betina akan mencari dan menerima pejantan untuk kopulasi. Estrus pada kuda
berlangsung  4  sampai  7  hari  (Toelihere,  1995),  sedangkan  menurut  (Blakely dan Bade, 1995), estrus berlangsung 4 sampai 6 hari. Tanda-tanda birahi kuda adalah kegelisahan, keinginan untuk ditemani  oleh kuda lain, urinasi (kencing) yang berulang kali serta pembengkakkan dan pergerakkan  klitoris  (Blakely  dan  Bade,  1995).  Selama  estrus,  selain  vulva menjadi  besar  dan  bengkak,  vulva  menjadi  merah,  basah,  mengkilap  dan ditutup dengan selaput lendir transparan (Hafez, 1983).
Ovulasi  terjadi  pada  saat-saat  akhir  periode  estrus.  Ovum  yang dihasilkan dapat hidup selama 6 jam sedangkan sperma pejantan dapat bertahan  hidup  selama  30  jam  di dalam  saluran  reproduksi  betina.  Seekor  kuda  betina yang birahi  dianjurkan  dikawinkan tiap hari atau 2 hari sekali mulai pada hari ketiga timbulnya estrus (Blakely dan Bade, 1995).

D.    Jumlah Volume Sperma kuda
Kualitas semen segar menunjukkan hasil yang cukup baik dengan volume semen tanpa gel adalah 27,7±10,1 ml, pH 7,0±0,1, berwarna putih keruh dan konsistensi yang encer. Volume semen kuda dalam kisaran normal menurut Morel(1999) 30-300 ml. Secara mikroskopis motilitas dan viabilitas spermatozoa adalah  72,5±2,9% dan 84,4±5,2%. Angka ini berada dalam  kisaran motilitas yang normal yaitu berkisar 40-70%. Konsentrasi spermatozoa yang didapat adalah  222,7±18,1x106 ml -1 dan angka ini juga berada dalam kisaran konsentrasi spermatozoa kuda yang normal  yaitu 30-600x106 ml -1(Morel, 1999).

E.     Lama Kebuntingan Kuda
Rata-rata masa kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran  315  sampai  350  hari.  Kuda-kuda  betina  tertentu  cenderung  memiliki  kebiasaan  melahirkan  agak  awal,  sedangkan  kuda  lainnya  agak  lambat. Memperhatikan  kecenderungan  itu  maka  peternak  dapat  lebih  tepat memperkirakan  saat  kelahiran  kuda  mereka  yang  sedang  bunting  berdasar pengalaman waktu yang lalu (Subronto, 2005).
Bunting atau tidak bunting  kuda  adalah dengan mendekatkan pejantan pada  hari  ke-21.  Kuda  betina  bila  bunting  tidak  mau  didekati  oleh  pejantan sedangkan bila tidak bunting, maka dia bersedia untuk dikawini.  Tanda-tanda kebuntingan  yang  lain  pada  kuda  betina  adalah  perut  membesar,  bulu  yang mengkilat,  jalan  yang  lambat,  aktivitas  menurun  tidak  seperti  biasanya  dan gelisah (Blakely dan Bade, 1995).

F.      Perkawinan kembali setelah melahirkan (kawin ulang).
Masa subur kuda betina yang baru beranak dapat dihitung dengan kisaran 10 sampai 30 hari sesudah beranak. Kuda betina yang masa suburnya melewati kisaran tersebut dapat dikawinkan 21 hari kemudian. Sama seperti pejantan, kuda betina yang akan dikawinkan dipersiapkan 3 bulan sebelumnya dengan memberinya makanan yang bergizi. Masa subur kuda betina hanya berlangsung selama 5 hari. Setelah gejala subur pada hari pertama tampak, perkawinan sudah dapat dilakukan pada hari kedua dan diulang pada hari ke empat. Kuda betina bekas kuda pacu diistirahatkan dahulu selama 6 bulan sebelum siap untuk dikawinkan (Jacoeb, 1994).

G.    Teknologi yang Dikembangkan pada Reproduksi Kuda
Inseminasi buatan telah dilaksanakan pada kuda sejak tahun1938. Seekor pejantan muda bila mendapat pakan dan perawatan yang baik, sudah  siap untuk diambil spermanya pada umur 24 bulan. Latihan-latihan fisik sangatah penting bagi pejantan guna mempertahankan kualitas sperma. Kuda jantan yang diambil spermanya jangan dipekerjakan terlalu berat, yaitu sekitar 50% dari beban atau tugas yang biasa dilakukannya. Penampungan semen dari pejantan dilakukan dengan bantuan vagina buatan. Semen lalu diencerkan,  dibekukan serta disimpan seperti halnya sperma sapi. Thawing maupun  inseminasinya, sama seperti yang diterapkan pada sapi                                   (Blakely dan Bade, 1995).



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kuda merupan hewan yang dikategorika sebagai hewan ternak. Kuda betina memiliki ovarium, tuba vallopi, uterus, cervix, vagina. Kuda jantan memiliki penis, testis, urter, kandung kemih, duktus deferens, vesikula seminalis. Terjadi siklus estrus pada kuda betina dengan tahap proestrus, estrus. Teknologi yang dikembangkan berupa inseminasi buatan.

B.     Saran
Sebaiknya dalam penulisan makalah ini, menggunakan referensi yang lebih banyak lagi serta merupakan karya tulis yang tergolong karya tulis terbaru.




DAFTAR PUSTAKA

           Blakely, J. dan  Bade, D.H.  1995.  Ilmu Peternakan, 4th Alih Bahasa: Srigandono, B. dan  Soedarsono (Judul  Asli  The Science Of Animal Hubandry, 4th ed.).  Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

          Bradley,  M.  1981.  Horse  A  Practical  and Scientific  Approach  University of Missouri. Columbia. McGraw-Hill Book Company.

          Hafez, E.S.E. and B Hafez. 2000c. Horses. In Hafez, E.S.E. and B Hafez (Eds). Reproduction in Farm Animals. 7 th ed. Lippincot Wilkins & Wilkins, Philadephia. Hartadi, H., Hilman, A.D.

          Hendri, dkk. 2012. Jurnal Peternakan Indonesia. Perbandingan Performans Reproduksi Kuda Lokal       dan Turunan Thoroughbred di Kota Payakumbuh. Vol 14(3)

           Jacoeb, T. N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Yogyakarta: Kanisius.

          Kilgour, R. And Dalton, C. 1984. Liverstock Behaviour a Particial Guide. Granada, Publishing, Great Britian.
       
          Morel,  D.M.C.G. 1999. Equine Artificial Insemination.  Wallingford: CABI Publishing.

         Setyoudi, Arif, dkk. 2009. Buletin Peternakan. Kinerja Reproduksi Ternak Kuda Kerja Di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.  Vol. 33 No. 3.
       
          Subronto.  2005.  Ilmu  Penyakit  Ternak  (Mamalia)  I.  Gadjah  Mada  University Press. Yogyakarta.
       
          Suhaemi, Zasmeli, 2008.  Diktat Ilmu Pemuliaan Ternak. Universitas Tamansiswa. Padang
       
          Toelihere, M.R.F. 1995. Fisiologi Reproduksi  pada Ternak.  Angkasa.  Bandung.


sumber
http://kotakmipa.blogspot.com/2017/01/makalah-reproduksi-vertebrata-kuda.html